Sukses

Ini Alasan Pengusaha Senang jika Mandiri Akuisisi Bank BTN

Kadin mendukung upaya pemerintah untuk memperkuat Bank Tabungan Negara (BTN) guna mengatasi backlog perumahan yang angkanya terus meningkat

Liputan6.com, Jakarta Para pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri (Kadin) mendukung upaya pemerintah untuk memperkuat Bank Tabungan Negara (BTN) guna mengatasi backlog perumahan yang angkanya terus meningkat.

Melalui penguatan modal dan pendanaan BTN, kebutuhan rumah yang terus meningkat akibat melonjaknya kelompok usia muda dan kelas menengah, dapat teratasi.

Ketua Kadin Bidang Perbankan Rosan P Roslani mengatakan, sebagai bank yang fokus di sektor perumahan BTN memiliki posisi yang strategis untuk memenuhi kebutuhan perumahan bagi rakyat Indonesia.

Namun kondisi BTN hingga saat ini tidak mampu untuk membiayai kebutuhan rumah yang semakin besar. Bahkan akibat modal dan pendanaan yang terbatas, ruang pembiayaan KPR kian mengecil.

Saat ini modal BTN hanya sekitar Rp 11,5 triliun dengan loan to deposit (LDR) lebih dari 104%. Sementara lebih dari 55% Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan dana mahal, sehingga tingkat suku bunga KPR menjadi sangat mahal.

"Akan sangat bagus jika modal BTN diperkuat dan mereka dapat memperoleh sumber pendanaan yang besar, sehingga dapat mendukung pemerintah menyediakan rumah bagi masyarakat. Akuisisi BTN oleh Bank Mandiri dapat menjadi solusi dari berbagai persoalan yang dihadapi BTN dan pembiayaan perumahaan kita. Karyawan BTN juga tidak perlu khawatir karena akuisisi ini tidak akan mengubah struktur, " jelasnya di Jakarta, Rabu (23/4/2014).

Sesuai sensus perumahan tahun 2010 backlog perumahan sudah mencapai 13,6 juta unit. Dengan asumsi kebutuhan rumah pertahun sebanyak 800 ribu unit dan hanya 400 ribu unit yang mampu dibiayai, maka dalam 20 tahun ke depan akan terjadi backlog perumahan hingga mencapai 21,6 juta rumah.

Menurut KADIN konsolidasi perbankan sangat dibutuhkan untuk memperkuat daya saing bank nasional menghadapi persaingan dengan bank asing, baik di pasar domestik maupun international.

Penguatan bank BUMN melalui konsolidasi bank-bank BUMN juga sangat dibutuhkan untuk menjadi lokomotif  penggerak ekonomi nasional.

Konsolidasi BTN dan Mandiri dianggap sebagai momentum yang tepat untuk melahirkan bank yang besar, kuat dan memiliki daya saing untuk berbagai segmen pasar.

Dengan menjadi anak perusahaan Bank Mandiri yang didukung modal kuat, pendanaan besar dan jaringan yang luas, nantinya BTN akan memiliki ruang untuk bisa berkembang dan memaksimalkan potensi pasar perumahan yang semakin besar.

"Indonesia butuh bank yang besar dan kuat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan mendorong ekonomi nasional agar tumbuh semakin tinggi. Konsolidasi ini juga dibutuhkan agar bank kita bisa menjadi pemain utama di dalam negeri dan ASEAN," jelasnya.

KADIN, lanjut Rosan, menilai bahwa konsolidasi BTN dan Bank Mandiri merupakan hal yang wajar. Sebab hal yang sama saat ini juga telah dan akan dilakukan oleh perbankan di Indonesia.

Bahkan banyak bank lokal setelah dibeli investor asing kemudian dimerger dengan bank yang telah dimiliki oleh investor asing tersebut agar kompetitif.

Menurut KADIN, konsolidasi perbankan telah menjadi  sebuah kebutuhan untuk menghadapi persaingan yang makin ketat. Apalagi bagi Bank BUMN yang memiliki tanggung jawab besar menjadi penggerak ekonomi Indonesia dengan 240 juta penduduk.

"Rencana kementerian BUMN dengan melepas BTN ke Bank Mandiri itu  merupakan solusi  yang sangat bagus dan harus diwujudkan. Hal ini tidak perlu dipolitisasi karena akan menguntungkan masyarakat," tegas Rosan.

Sebelumnya Kementerian BUMN telah menegaskan bahwa penguatan BTN hanya bisa dilakukan melalui akuisisi oleh Bank Mandiri. Melalui sinergi diantara dua BUMN tersebut diharapkan BTN akan menjadi bank perumahan yang memiliki kapasitas pembiayaan yang semakin besar. Sebab jika hanya mengandalkan pertumbuhan organik akan sulit bagi BTN untuk menjadi bank perumahan yang kuat.

"BTN harus diperbesar kemampuannya dengan mencari Bank yang lebih besar yaitu Bank Mandiri. Jadi yang memberi modal nanti biar Mandiri, bukan pemerintah. Dana pemerintah dipakai untuk membangun yang lain," tegas menteri BUMN Dahlan Iskan.