Liputan6.com, Jakarta - Kandasnya rencana Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan untuk merealisasikan akuisisi PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) oleh PT Bank Mandiri Tbk mengundang kekecewaan dari Pengamat Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM), Tony Prasetyantono.
Menurut Tony, Dahlan Iskan telah menunjukkan langkah berani untuk menggulirkan kebijakan pengambilalihan saham BTN oleh Bank Mandiri. Pasalnya konsolidasi bank masih akan menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi pemerintahan periode mendatang.
"Ini (konsolidasi) sebenarnya PR lama yang tidak berhasil dieksekusi Menteri BUMN sebelumnya. Dahlan Iskan berani memecah kebekuan, namun waktu memang tidak memihak kepadanya," kata dia kepada Liputan6.com di Jakarta, Kamis (24/4/2014).
Namun keputusan penundaan akuisisi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), tambah dia, hanya untuk mengamankan posisinya di tahun politik.
"SBY ingin aman dengan menjaga stabilitas pada tahun perubahan pemerintahan ini. Saya pikir itu pilihan logis, saya bisa memahami dan menerimanya," terang Tony.
Sebelumnya, Dahlan Iskan menyatakan pasrah terhadap keputusan Presiden yang menunda rencana penjualan saham pemerintah BTN, dan kemudian rencananya diambil alih oleh Bank Mandiri
"Sayang sekali sebenarnya, momentum yang sangat baik tidak bisa kita manfaatkan, padahal akuisisi BTN oleh Bank Mandiri ini penting sekali untuk meningkatkan daya saing Indonesia," kata Dahlan.
Advertisement