Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) memimpin pelemahan di antara mata uang di kawasan Asia lainnya sepanjang minggu kemarin. Pelemahan rupiah dan mata uang di Asia lainnya didorong akan kekhawatiran melambatnya pertumbuhan ekonomi di Cina.
Pada minggu kemarin, rupiah terus mengalami tekanan. Pada Senin (21/4/2014), nilai tukar rupiah ditutup di level Rp 11.446 per dollar AS. Pada Jumat (25/4/2014), nilai tukar rupiah ditutup di level Rp 11.565 per dollar AS. artinya dalam sepekan rupiah mengalami pelemahan sebesar 1,04%.
Salah satu penyebab rupiah melemah karena kekhawatiran perlambatan ekonomi Cina yang bisa membuat permintaan akan barang eskpor menurun. International Monetary Fund (IMF) menurunkan estimasi pertumbuhan ekonomi Cina dari yang semula di level 7,7% menjadi 7,5%.
Advertisement
Vishnu Varathan, Ekonom Senior Mizuho Bank Ltd, di Singapura menjelaskan beberapa indikator penurunan perekonomian Cina tersebut telah keluar. "Dengan keluarnya rilis tersebut beberapa mata uang Asia harus berjuang untuk mempertahankan posisinya," jelasnya seperti ditulis oleh Bloomberg, (26/4/2014).
Selain itu, pelemahan rupiah juga disebabkan belum adanya kepastian siapa yang akan mendampingi Joko Widodo, Calon Presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Saktiandi Supaat, Kepala Riset Malayan Banking Bhd di Singapura menjelaskan pasar saat ini sedang menunggu kepastian tersebut. "Sebelum ada kepastian tersebut nilai tukar rupiah terhadap dollar AS akan terus berada di tren melemah," jelasnya.
Namun, Riset Samuel Sekuritas Indonesia memperkirakan khusus hari ini rupiah kemungkinan besar akan mengalami penguatan seiring dengan mata uang Asia lainnya. "Karena pengaruh global, beberapa data Amerika yang keluar tidak sesuai perkiraan" jelas Rangga Cipta, Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia.