Sukses

Upah Tinggi Bukan Alasan Utama TKI Cari Kerja di Malaysia

Upah tinggi bukanlah satu-satunya faktor pemicu yang menyebabkan TKI mencari kerja di Malaysia. Lalu apa faktor lainnya?

Liputan6.com, Kuala Lumpur - Sektor perkebunan minyak sawit Malaysia kini tengah ketar-ketir menghadapi rendahnya jumlah tenaga kerja Indonesia (TKI) yang berminat mencari penghasilan di sana. CEO Felda Global Ventures Holdings Mohd Emir Mavani Abdullah mengingatkan, upah tinggi bukanlah satu-satunya faktor pemicu yang menyebabkan TKI mencari kerja di Malaysia.

"Tak hanya gaji, mereka (TKI) mencari keuntungan sosial, kesejahteraan, dan sebagainya," ujar Emir seperti dikutip dari laman Reuters, Senin (28/4/2014).

Saat ini, 550 ribu pekerja asal Indonesia tercatat menjadi pegawai di perkebunan Malaysia. Sebanyak 95% di antaranya bekerja untuk perkebunan kelapa sawit di sana.

Sementara itu, Kedutaan Besar Indonesia di Kuala Lumpur menyebutkan, sekitar 80% tenaga kerja perkebunan kelapa sawit Malaysia merupakan warga Indonesia. Sementara sisanya berasal dari India.

Para pengusaha perkebunan minyak sawit di Malaysia sangat menyukai para TKI karena dianggap selalu bekerja keras. Selain itu, para TKI juga dipandang lebih berpengalaman menggarap perkebunan minyak sawit di Malaysia. Terlebih lagi, para TKI tidak kesulitan berkomunikasi dengan para pengusaha sehingga banyak pekerjaan dapat berjalan lebih lancar.

Buruh di perkebunan Malaysia rata-rata dapat mendulang uang higga sekitar 900 ringgi atau Rp 3,2 juta per bulan. Sementara di Indonesia, para pekerja dengan tugas yang sama hanya mampu menghasilkan pendapatan sekitar 700 ringgit atau Rp 2,5 juta per bulan.

Meski demikian, para pekerja asing di Malaysia termasuk para TKI juga harus membayar pajak yang lebih tinggi dan biaya hidup yang lebih besar. Karenanya, pimpinan perusahaan kelapa sawit terbesar ketiga di Malaysia tersebut mengatakan, gaji bukan faktor utama yang dicari para TKI.

Tak heran, perbedaan gaji yang tipis sekalipun dapat membuat para TKI kembali ke Indonesia dan meninggalkan Malaysia. Terbukti, rendahnya minat pekerja Indonesia mencari peruntungan di Negeri Jiran tersebut, membuat bisnis kelapa sawitnya goyah dan membuat para pengusaha di industri tersebut menanggung rugi hingga miliaran ringgit.

 

Video Terkini