Sukses

Mobil Murah Diserbu Warga, Diler Sarankan Konsumen Pakai Pertamax

Penjualan mobil murah dan ramah lingkungan menjadi berkah bagi perusahaan distributor dan penjualan kendaraan termasuk PT Tunas Ridean Tbk.

Liputan6.com, Jakarta - PT Tunas Ridean Tbk (TURI) yang bergerak di bidang distribusi dan penjualan kendaraan, mematok target penjualan mobil murah dan ramah lingkungan (low cost green car/LCGC) dengan merek Agya hingga 4.000 unit pada tahun ini.

Pasalnya mobil murah kini menjadi primadona baru di industri otomotif saat penjualan mobil lain tengah lesu. Direktur Utama PT Tunas Ridean Tbk, Rico Setiawan mengungkapkan, penjualan Agya dan Ayla berkontribusi setiap bulan masing-masing sekitar 300 unit dan 200 unit per bulan. Penjualan mobil murah, tambahnya, laris manis di Jakarta maupun daerah di Indonesia.

"Jika target penjualan mobil baru tahun ini sebesar 66.500 unit, maka kami harapkan mobil murah Agya bisa terjual sekitar 3.600-4.000 unit di 2014," kata dia kepada Liputan6.com, Jakarta, Senin (28/4/2014).

Optimistis tersebut, menurut Rico, seiring dengan tingginya respons masyarakat untuk membeli mobil seharga Rp 100 jutaan tersebut. Mobil murah, sambungnya, dianggap sebagai alternatif masyarakat ketimbang membeli mobil bekas dengan biaya perawatan jauh lebih mahal.

"Mobil murah sangat bagus untuk konsumen yang punya bujet Rp 100 jutaan makanya responnya positif. Lagipula mobil ini cukup irit bahan bakar, ekonomis dan ternyata muatnya lega lho. Daripada beli mobil bekas yang biaya perawatannya bisa 3-4 kali lebih tinggi," jelas Rico.

Untuk itu, lanjut Rico, pihaknya selalu menyarankan konsumen untuk menggunakan bahan bakar RON 92 atau pertamax pada kendaraan LCGC miliknya. Petugas diler selalu menyarankan agar mobil murah mengonsumsi pertamax.

"Dari ATPM sudah didesain harus pakai pertamax, dan kami sarankan juga gunakan bahan bakar itu karena dijelaskan risikonya seperti apa saja. Tapi kan balik lagi itu hak konsumen, karena sudah diberlakukan garansi hangus dari ATPM kalau masih konsumsi premium," ujar Rico.

Jika pemerintah memberlakukan sanksi penggunaan premium oleh konsumen, Rico bilang, harus diikuti dengan sosialisasi dan edukasi kepada konsumen. "Paling benar itu, percepat pemasangan RFID. Dan kami pun menyediakan jasa itu, gratis," tandas dia.