Liputan6.com, Jakarta Jelang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, sektor ketenagakerjaan patut menjadi sorotan yang serius. Hal ini karena dari total angkatan kerja di Indonesia, hampir 50% hanya lulusan sekolah dasar (SD) atau kurang dari itu.
Menurut Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Suryo Bambang Sulisto, langkah yang perlu dilakukan untuk mengatasi tantangan MEA ini yaitu dengan mengemas sumber daya manusia yang jumlahnya sedikit, tetapi memiliki keunggulan dan produktivitas yang tinggi.
Dia mencontohkan, Indonesia memiliki sumber daya manusia unggul dalam sektor industri kreatif, termasuk para seniman dan ahli di bidang kuliner tradisional.
"Mereka ini kalau dilengkapi dengan para pemandu wisata profesional, maka akan dapat dikemas dalam sektor pariwisata," ujarnya saat membuka seminar bertema 'Wajah Tenaga Kerja Indonesia Pasca 2014: Dalam Rangka Menghadapi Persiangan ASEAN Economic Community (AEC) 2015' di Kementerian Perindustrian, Jakarta Selatan, Rabu (30/4/2014).
Suryo menjelaskan, sektor pariwisata indonesia pada tahun lalu mampu menjaring wisatawan lebih dari 8,6 juta orang dengan pendapatan devisa mencapai US$ 9 juta. Selain itu, sektor ini juga mampu menyerap tenaga kerja lebih dari 10 juta orang dengan total upah mencapai Rp 10 triliun.
"Dalam lima tahun ke depan, saya yakin jumlah kunjungan dapat meningkat mencapai 15 juta wisatawan jika ditangani secara terintergrasi," lanjutnya.
Selain sektor pariwisata, sektor perikanan, pertanian dan kehutanan juga memiliki tenaga kerja yang belum dikemas dalam suatu industri modern dan kompetitif. Padahal Indonesia memiliki banyak nelayan, petani dan tukang kayu.
Baca Juga
"Sumber daya manusia terampil ini perlu ditingkatkan ke tataran industri kecil dan menengah agar dapat memberikan kehidupan layak kepada masyarakat," katanya.
Sektor lain yang juga belum dikemas secara baik yaitu teknologi dan telekomunikasi. Suryo menilai banyak ahli dari sektor tersebut serta para tamatan SMK di berbagai bidang yang belum dikemas dalam industri tertentu.
Advertisement
"Akibatnya mereka harus berjuang sendiri-sendiri dan sebagian dimanfaatkan perusahaan internasional sebagai tenaga kerja musiman," tandasnya. (Dny/Ndw)