Liputan6.com, Jakarta - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) mencatat kerugian US$ 163,9 juta atau setara Rp 1,89 triliun ((kurs: Rp 11.561/US$) pada kuartal I 2014. Kerugian perseroan meningkat dari sebelumnya US$ 33,7 juta pada kuartal I 2013.
Rugi yang ditanggung Garuda disebabkan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, masih tingginya harga bahan bakar dan meningkatnya kompetisi di pasar internasional.
"Faktor lainnya yaitu investasi yang dilaksanakan Garuda Indonesia berkaitan dengan program pengembangan armada dan proses pengembangan Citilink sebagai Low Cost Carrier yang beroperasi secara mandiri," kata Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar dalam keterangan tertulisnya, Rabu (30/4/2014).
Advertisement
Sebenarnya dari sisi operasional, Garuda berkinerja cukup baik. Garuda mengantongi pendapatan operasi sebesar US$ 807,3 juta atau setara Rp 9,3 triliun (kurs: Rp 11.561/US$) sepanjang kuartal I 2014. Angka ini relatif stabil jika dibandingkan pendapatan pada periode yang sama tahun lalu sekitar US$ 807,2 juta.Â
Menurut Emir, pencapaian kinerja perseroan itu ditopang oleh meningkatnya jumlah penumpang yang diangkut sebesar 15,5% (year on year) menjadi 6,4 juta penumpang.Â
"Pada kuartal I 2013, jumlah penumpang yang diangkut Garuda sebanyak 5,56 juta penumpang," ungkap Emir
Sementara jumlah angkutan kargo pada tiga bulan pertama 2014 yaitu sebanyak 94.608 ton, tumbuh 16,8% dibanding kuartal I 2013 sebesar 81.300 ton.
Frekuensi penerbangan domestik dan internasional Garuda Indonesia juga meningkat 21,3%, dari 44.224 penerbangan pada kuartal I 2013 menjadi 53.627 pada akhir Maret 2014.
Trafik penumpang Garuda Indonesia di dalam negeri pada kuartal I 2014 mencapai 3,95 juta penumpang, atau tumbuh 14,5% lebih baik dibanding maskapai lain yang rata-rata mengalami pertumbuhan sebesar 4.8 persen.
Sedangkan trafik penumpang Garuda Indonesia di rute-rute internasional pada periode kuartal I 2014 sebesar 906 ribu penumpang, relatif stabil dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu 922 ribu penumpang.
"Trafik penumpang Citilink, anak usaha Garuda Indonesia di segmen Low Cost Carrier, pada periode kuartal I 2014 meningkat 32,3% menjadi 1,57 juta penumpang," jelas dia.
Garuda mencatat tingkat ketepatan penerbangan (On-Time Performance/OTP) turun dari 87,9% menjadi 85,9%. Saat ini market share Garuda Indonesia di pasar domestik sebesar 28,1% dan internasional 21%.
Sebagai bagian dari program pengembangan jaringan penerbangannya, pada Q1-2014 Garuda Indonesia mengoperasikan rute-rute domestik baru, yaitu Jakarta–Palu (PP), Jakarta–Merauke (PP), dan Denpasar–Labuan Bajo–Tambolaka (PP).
"Pada tahun ini, perseroan berencana mengembangkan jaringan penerbangan internasionalnya ke London, Manila, dan Mumbai," jelasna.
 Selain itu, pada 5 Maret 2014, Garuda Indonesia secara resmi bergabung dengan aliansi global SkyTeam, sebagai anggota ke-20.
Dengan bergabung dalam aliansi tersebut, Garuda Indonesia dapat memperluas jaringan penerbangannya ke 1,064 kota tujuan di 178 negara, yang dilayani maskapai-maskapai anggota SkyTeam, yang mencakup lebih dari 90% arus lalu lintas penerbangan dunia, dengan jumlah penerbangan mencapai hingga 15 ribu setiap harinya.
Untuk mendukung program pengembangan jaringan tersebut, pada tahun 2014 ini Garuda Indonesia akan mendatangkan sebanyak 27 pesawat baru terdiri dari 2 pesawat B777-300, 4 pesawat A330, 12 pesawat B738, 3 pesawat CRJ, dan 6 pesawat ATR 72-600.
Dengan pengambangan armada tersebut, maka pada akhir 2014 nanti Garuda Indonesia Group akan mengoperasikan sebanyak 169 pesawat dengan usia rata-rata 4.5 tahun.
Â