Sukses

Dua Risiko Global Bayangi Pertumbuhan Ekonomi RI

Pemerintah memprediksikan pertumbuhan ekonomi di level terendah 5,5% pada 2015 karena mewaspadai risiko global terutama dari AS dan China.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) telah mematok asumsi makro ekonomi pada 2015. Akan tetapi, pemerintah tetap mewaspadai risiko global terutama pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS) dan perlambatan ekonomi China pada 2015.

Menteri Keuangan, Chatib Basri menuturkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia di kisaran 5,5%-6,3% pada 2015. Level terendah pertumbuhan ekonomi Indonesia di kisaran 5,5%, menurut Chatib, hal itu karena masih ada risiko global yang perlu diwaspadai oleh Indonesia.

"Risiko dari luar masih ada, kami masih melihat ada kemungkinan bahwa tapering off itu dipercepat karena situasi pemulihan di AS terjadi kalau unemployment dapat dijaga 6,5% atau di bawah," ujar Chatib, Rabu (30/4/2014).

Lebih lanjut ia mengatakan, Amerika Serikat (AS) kemungkinan menaikkan suku bunga acuannya. Bila suku bunga dinaikkan maka akan berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah. Hal itu ada kemungkinan investor asing menarik dananya keluar dari Indonesia

"Itu akan berpengaruh pada tekanan ekonomi domestik satu dari tekanan kemungkinan arus modal keluar yang tentu berpengaruh pada rupiah. Tapi itu yang membuat rangenya pada 5,5%-6,3%," ujar Chatib.

Pertumbuhan ekonomi global memang pulih terutama di Amerika Serikat (AS), Jepang dan Eropa. Namun ada faktor risiko lain yang mempengaruhi ekonomi Indonesia yaitu perlambatan ekonomi China.

"China melambat. Pengetatan ini bisa terjadi sepanjang 2014 sehingga mungkin awal 2015, investasinya belum terlalu tajam, " kata Chatib.

Chatib menambahkan, apabila pemerintah dapat menjaga inflasi dan konsumsi tetap terjaga maka pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat tembus 6% pada 2015.

"Inflasi bisa dijaga, konsumsi swasta naik 50% kontribusinya. Lalu Amerika Serikat lebih smooth dari kita bayangkan, dan capital outflow dapat dicegah maka growth bisa ke 6%," ujar Chatib.

Pemerintah pada tahun depan memproyeksikan pertumbuhan ekonomi berada di kisaran 5,5-6,3%, inflasi sekitar 3-5%, SBN 3 bulan 5,5-6, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS Rp 11.500- Rp 12.000, ICP US$ 100-105, lifting minyak 830-900 ribu barel per hari, lifting gas 1.225-1.250 barel setara gas per hari.

Video Terkini