Sukses

Pengamat Prediksi Inflasi April Berkisar 0,1%-0,3%

Pengamat memprediksi bakal terjadi inflasi pada bulan keempat ini meski ada penurunan harga di beberapa bahan pangan pokok.

Liputan6.com, Jakarta - Ramalan pemerintah bahwa Indonesia akan menikmati deflasi di April ini justru berbeda dengan prediksi Pengamat Ekonomi dari INDEF, Enny Sri Hartati.

Menurut perkiraannya bakal terjadi inflasi pada bulan keempat ini meski ada penurunan harga di beberapa bahan pangan pokok.

"Walaupun harga cabai, bumbu-bumbu makanan sudah mulai turun serta adanya apresiasi terhadap nilai tukar rupiah yang menyebabkan tidak ada kenaikan harga barang-barang industri, tapi diperkirakan nggak akan deflasi," ujar Enny kepada Liputan6.com di Jakarta, Jumat (2/5/2014)

Dia memproyeksikan angka inflasi di periode April 2014 berkisar 0,1%-0,3%. Ramalan tersebut jauh lebih rendah dibanding realisasi inflasi pada Maret lalu yang sebesar 0,08%.

Kata Enny, beberapa faktor pemicu inflasi tersebut, antara lain karena kenaikan harga beras, elpiji 12 kilogram (kg), transportasi udara dan pemilihan umum (pemilu).

"Perhitungan inflasi yang rendah itu karena ada momen hajatan pemilu yang mengerek belanja masyarakat. Kalau spending naik, biasanya diikuti kenaikan harga-harga," tuturnya.

Penyebab lain, lanjut dia, akibat adanya kenaikan harga elpiji 12 kg. Hal ini membuat harga makanan jadi membumbung, sehingga ikut menyumbang inflasi di April ini.

"Saya nggak tahu apakah kenaikan harga elpiji 12 kg itu berasal dari Pertamina atau siapa. Yang jelas konsumen harus membelinya dengan harga yang lebih tinggi, dan akhirnya harga makanan jadi ikut naik. Apalagi kenaikan harga beras sangat berpengaruh terhadap Indeks Harga Konsumen (IHK)," jelas Enny.

Di samping itu, menurutnya, transportasi udara juga menjadi pemicu inflasi. Harga tiket pesawat menanjak seiring dengan tingginya permintaan.

"Partai politik dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) hilir mudik pakai pesawat, bisa jadi harga tiketnya naik. Mungkin untuk mengejar penyerapan anggaran, sehingga banyak yang kesulitan nyari tiket pesawat," terang Enny.

Sebelumnya, tarif angkutan udara memiliki andil inflasi 0,03% di Maret 2014. Sedangkan perubahan harganya sebesar 4,17% karena ada biaya tambahan tarif angkutan kelas ekonomi untuk pesawat terbang dan angkutan niaga secara terjadwal. Terjadi kenaikan harga tertinggi di Bima 72% dan Tanjung Pandan 81%.(Fik/Nrm)