Liputan6.com, Jakarta - Ekonomi China melambat bakal mempengaruhi ekspor Indonesia ke depan meski neraca perdagangan negara Asia Tenggara membaik.
"Apa yang perlu kita perhatikan adalah perlambatan di China. Semakin lambat laju pertumbuhan di ekonomi terbesar Asia itu adalah kekhawatiran terbesar bagi ekspor Indonesia pada 2014," ujar Menteri Keuangan Chatib Basri, kepada Bloomberg, yang dikutip Minggu (4/5/2014).
Produk domestik bruto (PDB) China diproyeksikan tumbuh 7,3% pada 2014. Angka itu lebih kecil dari target pemerintah sekitar 7,5%.
Advertisement
Chatib menambahkan, neraca perdagangan surplus pada Februari dan Maret tidak sementara. Pemerintah berupaya membuat neraca perdagangan lebih seimbang, salah satunya dengan kebijakan fiskal untuk mengekang impor.
"Upaya untuk mempersempit defisit neraca transaksi berjalan akan berlanjut seperti telah jatuh menjadi 3% untuk memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan," kata Chatib.
Selain itu, Chatib menuturkan, pemerintah akan terus memperketat sisi fiskal dan moneter pada 2014. Bank Indonesia tetap mempertahankan suku bunga acuannya di level 7.5% hingga April 2014.
Chatib mengatakan, pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai 5,8% pada kuartal I 2014. Chatib menuturkan, produk domestik bruto (PDB) tidak akan melampaui 6% pada 2014. Adapun survei Bloomberg, ekonom memperkirakan, PDB Indonesia sekitar 5,6% pada kuartal I 2014.
Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia surplus sebesar US$ 673,2 juta pada Maret 2014. Hal ini disebabkan besarnya surplus sektor non migas sebesar US$ 2,05 miliar. Sedangkan neraca perdagangan sektor migas mengalami defisit sebesar US$ 1,37 miliar.