Liputan6.com, Jakarta - Impor baja boron atau baja paduan sebagai bahan baku proyek pembangunan infrastruktur di dalam negeri dinilai merugikan industri baja nasional. Pasalnya saat ini, impor baja boron bebas bea masuk sehingga mengancam industri nasional.
Direktur Jenderal (Dirjen) Basis Industri Manufaktur Kementerian Perdagangan Harjanto mengatakan, padahal selama ini industri dalam negeri mampu memproduksi baja boron dengan kualitas yang lebih baik dibandingkan baja boron impor.
Menurutnya, industri baja merupakan salah satu industri strategis dan memiliki peran penting dalam memasok bahan baku di sektor kontruksi, perpipaan, mesin dan peralatan pertahanan maupun otomotif.
"Dalam rangka meningkatkan investasi di dalam negeri, kami akan memberikan insentif tax holiday khusus untuk industri di sektor prioritas seperti industri pellet dan sponge iron," ujarnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (5/5/2014).
Sementara itu, Komite Standarisasi dan Sertifikasi Indonesia Iron and Steel Industry (IISIA), Basso Datu Makahanap menyatakan pemerintah seharusnya mampu mengendalikan impor baja boron karena dengan adanya importasi ini membuat penyerapan baja nasional semakin menurun.
"Banjir baja boron membuat industri baja lokal kesulitan menentukan harga jual. Harga baja boron lebih murah dibanding baja lokal dan mengakibatkan turunnya permintaan baja dari dalam negeri," kata Basso.
Selain itu, jalan keluar untuk menyelesaikan masalah serbuan baja boron impor ini dapat dilakukan dengan pengajuan safeguard sesuai prosedur formal kepada Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade Organization (WTO).
"Untuk melindungi produk baja boron lokal, harus memakai instrumen safeguard. Selain itu, praktik manipulasi impor harus segera diatasi," tandas dia. (Dny/Nrm)
Impor Baja Boron Kian Marak, Pengusaha Minta Penerapan Safeguard
Saat ini, impor baja boron bebas bea masuk sehingga mengancam industri nasional.
Advertisement