Liputan6.com, Jakarta - Realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I-2014 sebesar 5,21% ternyata meleset dari target pemerintah yang meramalkan sekitar 5,8%. Perlambatan tersebut sengaja dilakukan pemerintah sebagai langkah untuk menekan impor.
"Ekonomi hanya tumbuh 5,21% YoY dan 0,95% Q to Q, pertumbuhan PDB tanpa migas 5,56%. Angka ini lebih rendah dari perkiraan saya," kata Menteri Keuangan (Menkeu) Chatib Basri kepada wartawan di Jakarta, Senin (5/5/2014).
Dia mengaku, perlambatan pertumbuhan ini merupakan bagian dari strategi untuk mengatasi defisit transaksi berjalan tanpa mengorbankan pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah.
"Target pertumbuhan ekonomi bisa tetap di atas 5,5%, karena kita juga tidak ingin terlalu rendah," ucapnya.
Lebih jauh Chatib menjelaskan, perlambatan ini disebabkan karena penurunan ekspor, sehingga diharapkan ekspor Indonesia ke depan akan membaik seiring dengan pemulihan ekonomi Amerika Serikat dan Jepang.
"Jadi memang sumber penurunannya adalah ekspor, bukan investasi. Ada kontraksi ekspor yang cukup dalam -0,78% YoY dibanding kontraksi impor -0,66% YoY, sehingga pertumbuhan nominal PDB-nya lumayan melambat," jelas dia.
Dia memaparkan, konsumsi rumah tangga masih tumbuh tinggi 5,61% YoY dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sedikit membaik dan tumbuh 5,13%.
Sedangkan konsumsi pemerintah masih tumbuh 3,58% atau membaik dari kuartal I 2013 sebesar 0,44%.
"Kalau untuk dampaknya ke Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) nanti akan dibahas," tutur Chatib.
Sebelumnya, Menkeu Chatib Basri memprediksi pertumbuhan ekonomi kuartal I-2014 akan berada di kisaran 5,7-5,8%. Pertumbuhan PDB ini sejalan dengan pertumbuhan kuartal IV-2013 yang sebesar 5,71%.
Advertisement