Sukses

Buka Kawasan Industri di Kendal, Jababeka Incar Investor Kakap

PT Jababeka bahkan sudah membebaskan 600 hektare (ha) lahan di Kendal, Jawa Tengah sebagai lahan kawasan industri.

Liputan6.com, Kendal - Harga lahan dan upah buruh yang tinggi di sekitar ibukota, menyebabkan PT Kawasan Industri Jababeka Tbk ingin membangun kawasan industri di luar Cikarang, Bekasi. Wilayah yang kali ini dilirik adalah Kendal, kota kecil 17 kilometer di sisi barat Semarang.

Untuk mewujudkan ambisinya, PT Jababeka bahkan sudah membebaskan 600 hektare (ha) lahan di Kendal, Jawa Tengah. Lahan tersebut bakal disulap menjadi Kawasan Industri Kendal (KIK).

Meski sudah mengantongi 600 ha, namun sebenarnya belum sesuai target pengembangan tahap pertama. Sebab Jababeka menargetkan 860 ha untuk pengembangan tahap pertama.

Diibanding target luasan lahan KIK yang dibidik, akuisisi 600 ha setara dengan 22,22%. Alasannya, total lahan yang ada adalah 2.700 ha.

Manajemen Jababeka, menjelaskan biaya untuk mengakuisisi lahan dan mengembangkan infrastruktur 600 ha adalah Rp 1 juta per meter persegi (m²). Jadi, kalau dihitung, total dana yang diperlukan adalah Rp 6 triliun.

"Dana sebanyak itu belum termasuk biaya tenaga kerja, bunga, dan lain-lain," kata Presiden Direktur Kawasan Industri Jababeka, Setyono Djuandi Darmono, Rabu (7/5/2014).

Dana sebesar itu tak keluar dari kas Jababeka melainkan menggandeng perusahaan asal Singapura, Sembcorp Development Indonesia Pte. Ltd.

Teknisnya, mereka membentuk PT Kawasan Industri Kendal dengan perbandingan saham 51:49 dikendalikan Jababeka.

Menurut Setyono, alasan utama Jababeka melirik Kendal adalah upah tenaga kerja yang kompetitif. UMP Kendal sekitar Rp 1,21 juta per bulan, sedangkan sedangkan UMP di Kabupaten dan Kota Cikarang berkisar Rp 2,44 juta per bulan.

"Selain itu, Pemerintah Daerah Kendal sedang membangun Kendal Mega Seaport, pelabuhan penumpang dan barang pertama yang ditargetkan selesai pada akhir tahun ini," tambahnya.

Pembebasan lahan memang lancar, namun saat ini belum ada tanda-tanda penggarapan infrastruktur KIK. Menurut Setyono Djuandi Darmono, pembangunan infrastruktur baru akan dimulai setelah ada investor yang membeli lahan dalam skala besar, minimal 100 ha sampai 200 ha.

Rencananya, Jababeka akan menjual KIK mulai dari 85 dolar Amerika Serikat (AS) per meter. Berarti, Jababeka berharap mengantongi marketing sales 85 juta dolar AS hingga 170 juta dolar AS sebelum membangun infrastruktur.

Darmono mengklaim, ada beberapa perusahaan, baik dari dalam maupun luar negeri, yang sedang melakukan penjajakan."Dari sektor otomotif, elektronik, dan tekstil," katanya. (Nrm)