Sukses

Perusahaan Baja Malaysia Bakal Pindah ke Indonesia

Perusahaan baja asal Malaysia, Megasteel Sdn.Bhd kini tengah mempertimbangkan untuk memindahkan operasinya ke Indonesia.

Liputan6.com, Kuala Lumpur Produsen baja lembaran, pelat dan gulungan canai panas (hot rolled coil/HRC) asal Malaysia, Megasteel Sdn.Bhd, tengah mempertimbangkan untuk memindahkan operasionalnya ke Indonesia. Penyebabnya, perusahaan tersebut belum mendapat kejelasan dari pemerintah Malaysia mengenai permintaan keringanan bea impor.

Seperti dikutip dari News Strait Times, Rabu (7/5/2014), Megasteel bersiap memindahkan operasinya ke Indonesia dalam tiga bulan ke depan jika pemerintah Malaysia gagal mengabulkan permohonan bea masuknya.

Chief Executive Officer (CEO) The Lion Group, induk perusahaan Megasteel, Tan Sri William Cheng, mengatakan, perusahaan mengalami pukulan keras dari tingginya pajak pada operasinya di China seiring dengan pembebanan pajak impor HRC yang tinggi di sana.

"Kami telah mengalami kucuran pengeluaran terlalu besar hingga 2 miliar ringgit selama 10 tahun perusahaan baja kami beroperasi. Dan itu semua karena seluruh kesepakatan kami dengan China," ungkap Cheng.

Dia menjelaskan, 10 tahun lalu, sejumlah pabrik baja mereka bekerja dengan kapasitas 70%. Sekarang, kapasitas produksinya hanya mencapai 25% karena pembebanan pajak yang terlalu tinggi.

"Kami secara konsisten meminta pemerintah untuk melindungi industri baja lokal. Masalahnya karena kami berada di sejumlah wilayah produksi yang berbeda," terangnya.

Bagi Megasteel, mengimpor baja dari Thailand, perusahaan dibebani bea impor sebesar 48%. Ironisnya, para perusahaan Thailand tidak dikenakan pajak jika mengimpor dari Malaysia.

"Bagaimana kami bisa melawan jika aturannya sudah memberatkan kami?" ujarnya.

Dia mengatakan, pemerintah Malaysia kini perlu memutuskan sebarapa penting industri baja bagi perekonomian lokal.

"China, Korea Selatan, dan Jepang telah membuat baja sebagai salah satu industri utama mereka dan sebagai hasilnya, ketiga negara itu juga telah menjadi produsen mobil top dunia, dan itu karena kekuatan industri bajanya," tutur Cheng.

Cheng menegaskan, jika pemerintah Malaysia memiliki impian untuk menjadi pusat manufaktur mobil, pemerintah harus serius menggarap dan mengembangkan industri baja di dalam negeri.

Megasteel memiliki sejumlah rencana besar jika perusahaannya diberikan tambahan bea impor sebesar 30% seperti memungkinkan untuk menutupi utang pajaknya sebesar 60%.

"Jika diberikan, Megasteel akan menginvestasikan 4 miliar ringgit di industri baja Malaysia dalam waktu empat tahun, tetapi jika tidak, kami mungkin akan pindah ke Indonesia, di mana bea masuk lebih tinggi dan biaya operasi yang lebih murah," tegas Cheng. (sis/gdn)

Â