Sukses

Cipaganti Khawatir Ongkos Lewat Jembatan Selat Sunda Mahal

Perusahaan penyedia jasa transportasi darat (shuttle & travel) ini berniat masuk ke wilayah operasi Medan dan Makassar.

Liputan6.com, Jakarta - Rencana pembangunan jalan tol Sumatera, Jawa dan Jembatan Selat Sunda (JSS) mendapat dukungan dari PT Cipaganti Citra Graha Tbk (CPGT). Pasalnya, perusahaan penyedia jasa transportasi darat (shuttle & travel) ini berniat masuk ke wilayah operasi Medan dan Makassar.

Sekretaris Perusahaan Cipaganti, Toto Moeljono mengungkapkan, perseroan akan merambah wilayah operasi shuttle dan travel ke Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan.

"Kalau jadi daerahnya Medan dan Makassar, tapi lihat dulu Presidennya siapa, arah kebijakannya pemerintahan baru ke mana. Jadi kami belum bisa pastikan waktunya," kata dia kepada wartawan usai 'Investor Day 2014' di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (7/5/2014).

Lanjut Toto, arah kebijakan pemerintah baru sangat penting bagi pengusaha transportasi karena berkaitan dengan kepastian pembangunan infrastruktur yang sudah dirancang pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

"Shuttle sangat bergantung pada jalan tol dan pemerintah punya program yang baik dalam pembangunan infrastruktur, seperti Tol Trans Sumatera sepanjang 2.400 kilometer (km), Tol Trans Jawa membentang 1.500 km. Kami mau lihat apakah program itu bisa terus dijalankan atau tidak di pemerintahan baru," ucapnya.

Toto pun berharap besar pada rencana pembangunan JSS yang akan menghubungkan Jawa-Sumatera dengan nilai investasi sekitar Rp 200 triliun.

"Kalau jadi, JSS sangat membantu. Tapi, lihat dulu, takutnya biaya nyebrangnya mahal, kan buat shuttle jadi susah. Asal biayanya masuk akal saja kami senang," terang dia.

Per 31 Maret 2014, perseroan mengoperasikan 582 taksi regular berlisensi untuk wilayah Bandung, Jakarta dan Surabaya. Sedangkan shuttle dan travel yang beroperasi sebanyak 1.171 dengan beberapa rute diantaranya Bandung-Bogor, Bandung-Jakarta, Bandung-Soekarno Hatta, Bandung-Tasikmalaya dan Bandung-Cirebon.

Toto mengaku perseroan mengalami penurunan kinerja di lini bisnis transportasi darat pada kuartal I ini. Penyebabnya, sambung dia, akibat bencana banjir yang melanda wilayah Jakarta dalam kurun waktu cukup lama.

"Kalau dulu Jakarta banjir cuma satu sampai dua hari, tapi Februari lalu sangat lama banjirnya. Jadi bisnis inti kami terganggu. Belum lagi ada longsor dan jalan rusak di tol Cipularang sehingga yang tadinya bisa bolak balik dua kali, jadi sekali per hari," tandasnya. (Fik/Ndw)