Liputan6.com, New York - Meski uang telah menjadi alat pemenuhan kebutuhan sehari-hari, tapi ternyata tak semua orang pandai mengatur pemasukan dan pengeluarannya.
Bahkan hasil penelitian dua ekonom global, Annamaria Lusardi dan Olivia Mitchell membuktikan sebagian besar masyarakat dunia tidak paham bagaimana cara mengelola keuangan pribadinya.
Seperti dikutip dari The Atlantic, Kamis (8/5/2014), hasil penelitian keduanya menunjukkan, para penduduk dunia kian mengabaikan pentingnya pengelolaan keuangan pribadi.
Advertisement
Bahkan saat ini, mengabaikan keahlian pengaturan keuangan pribadi dapat berubah menjadi ancaman yang cukup berbahaya.
"Para pemilik kartu kredit kini bahkan tidak mampu memutuskan berapa banyak uang yang perlu dipinjamnya. Berbagai alternatif utang dan pinjaman bahkan untuk kebutuhan sehari-hari kini semakin menjadi andalan masyarakat dunia," ungkap Lusardi dan Mitchell dalam laporan penelitiannya.
Keduanya juga menemukan, banyak orang tidak memberikan perhatian penuh pada sejumlah transaksi yang dilakukannya. Bahkan sebagian orang harus menanggung kebangkrutan pribadi sebagai salah satu dampak keputusan finansialnya yang buruk.
Kondisi tersebut menjadi semakin memburuk mengingat saat ini penduduk kelas menengah kian meningkat. Artinya, potensi masyarakat untuk jatuh miskin menjadi jauh lebih besar.
Penelitian tersebut juga menemukan, jutaan keluarga di negara-negara berkembang dapat jatuh miskin karena tidak mampu mengelola pengeluarannya.
Selain itu terjerumus dalam utang yang cukup besar dan gagal memiliki tabungan dapat membuat para penduduk jauh dari kehidupan sejahtera.
Tak hanya itu, lemahnya pengetahuan investasi masyarakat dapat menjadi bumerang saat dirinya membenamkan modalnya di sebuah bisnis. Lebih berbahaya lagi, ternyata masalah tersebut muncul di berbagai negara yang kian bersikap konsumtif. (Sis/Nrm)