Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menyatakan pengetatan kebijakan moneter yang dijalankan sejak pertengahan tahun lalu telah membawa dampak positif bagi sektor kredit perbankan di Tanah Air. Pasalnya sudah terjadi perlambatan kredit, khususnya kredit properti.
Deputi Gubernur BI, Halim Alamsyah mengatakan, selama ini industri perbankan paling dominan dalam memberikan pembiayaan terhadap ekonomi Indonesia. Sehingga Bank Sentral memberlakukan kebijakan moneter yang ketat untuk mengendalikan laju kredit.
"Pertumbuhan kredit sebenarnya masih tinggi, tapi kami cukup berhasil mengendalikannya supaya lebih moderat," klaim dia saat Konferensi Pers BI Rate di kantornya, Jakarta, Kamis (8/5/2014).
Pertumbuhan kredit hingga kuartal I 2014, kata Halim, sudah mencapai 19,5% atau melambat dibandingkan akhir tahun lalu yang masih berada di level 21,4%.
"Pengetatan moneter sejak pertengahan tahun lalu sudah berhasil mengarahkan ekspansi kredit perbankan ke sektor-sektor yang lebih produktif," papar dia.
Halim mencontohkan, kredit di sektor properti telah jauh melambat akibat pengetatan kebijakan moneter. Sebelumnya BI telah merilis kebijakan pelarangan pembelian rumah secara inden, Loan to Value (LTV) dan sebagainya.
"Bubble di sektor properti belum ada, tapi ekspansi kredit properti sudah melambat. Dari survei harga properti melambat dan ini suatu perkembangan yang perlu disyukuri," tutur dia.
Dalam kondisi yang melemah, dia bilang, sektor properti akan menemui banyak masalah. Dan dari itulah dampak negatif bisa terjadi pada sektor perbankan dan ekonomi secara keseluruhan.
"Kredit konsumsi juga sudah termoderasi. Kami berharap sektor keuangan khususnya dari sisi leverage keberutangan tidak lagi dalam posisi mengkhawatirkan," tandas Halim.
BI Bersyukur Kredit dan Harga Properti Melambat
Selama ini industri perbankan paling dominan dalam memberikan pembiayaan terhadap ekonomi Indonesia.
Advertisement