Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) membantah merosotnya realisasi pertumbuhan ekonomi di kuartal I 2014 menjadi 5,21% dari periode yang sama tahun lalu 5,72% karena pengetatan kebijakan moneter. Pihaknya justru menilai kondisi itu terjadi akibat penerapan Undang-undang (UU) Minerba.Â
Â
Gubernur BI, Agus Martowardojo mengaku, penurunan tersebut akibat perlambatan kinerja ekspor riil barang dan jasa yang menyumbang minus 0,4% pada tiga bulan pertama ini. Sedangkan di kuartal akhir 2013, realisasi ekspor naik 3,7%.Â
Â
"Mohon jangan dianggap salah dan cenderung menyebut kebijakan moneter yang ketat menjadi penyebab penurunan pertumbuhan ekonomi, bukan karena itu," tegas dia di kantornya, Jakarta, Kamis (8/5/2014).
Â
Lebih jauh dia mengatakan, kondisi moneter yang ketat membawa inflasi Indonesia menjadi lebih baik ke tingkat normal. Sebab Bank Sentral berusaha keras untuk mengendalikan laju inflasi.
Â
"Tidak ingin inflasi tak terkendali karena akan sangat membebani kesejahteraan rakyat. Kebijakan moneter yang ketat juga menurunkan defisit transaksi berjalan berada di kisaran 2%," ucapnya.Â
Â
Agus menjelaskan, penyebab lesunya ekspor kuartal I ini adalah karena penerapan UU Minerba yang melarang ekspor mineral mentah sejak awal 2014.Â
Â
"Selain itu, harga komoditas dunia memberi tekanan dari negara-negara yang selama ini mengimpor, serta penurunan permintaan komoditas dari Tiongkok," tuturnya.Â
Â
Di sisi lain, Agus mengaku, sumber pertumbuhan ekonomi periode Januari-Maret ini masih ditopang dari konsumsi domestik yang tumbuh 3,1% dan investasi 1,2%.Â
Â
"Konsumsi rumah tangga dan investasi tumbuh cukup baik untuk mendorong ekonomi kita. Ada konsumsi yang kuat dari dampak pemilu. Investasi non bangunan meningkat, tapi investasi bangunan melambat," cetus Agus.