Sukses

Di Dunia, Cuma Indonesia yang Masih Pakai Premium

Tujuh kilang milik PT Pertamina (Persero) sebagian besar mengolah minyak mentah menjadi bahan bakar beroktan (RON) di bawah 92.

Liputan6.com, Pekanbaru- Tujuh kilang milik PT Pertamina (Persero) sebagian besar mengolah minyak mentah menjadi bahan bakar beroktan (RON) di bawah 92. Padahal di sejumlah negara sudah menggunakan bahan bakar dengan RON di atas 92.

Senior Operation Manager Badan Operasi Bersama (BOB) PT Bumi Siak Pusako dan Pertamina Hulu, Novi Sugiyanto mengungkapkan, produksi minyak Indonesia 800 ribu barel per hari, namun kebutuhan BBM nasional mencapai 1,6 juta barel per hari (bph) sehingga mengalami defisit sekitar 50%.

"Akhirnya Indonesia harus impor BBM dari Singapura untuk memenuhi kebutuhan ini," kata dia kepada Liputan6.com di Pekanbaru, seperti ditulis Senin (12/5/2014).

Negeri Singa itu, diakui Novi tak memiliki ladang minyak seperti Indonesia. Namun Singapura mempunyai kilang minyak dengan teknologi canggih.

"Sedangkan Pertamina punya tujuh kilang minyak. Itupun berkapasitas mulai dari 5.000 bph sampai 348 ribu bph di Cilacap, Jawa Tengah," tuturnya.

Kilang tersebut, menurut dia, menghasilkan BBM beroktan rendah sekitar 60-70, di bawah RON 92. BBM beroktan 88 saja berjenis premium. Sementara negara lain sudah lebih maju mengolah BBM di atas oktan 92 sekelas Pertamax.

"Makanya Pertamax Plus di Malaysia murah sekitar Rp 7.800 per liter, kalau kita kan Rp 11 ribu-Rp 12 ribu per liter. Makanya Indonesia jadi negara satu-satunya di dunia yang jual BBM RON di bawah 92," tegas Novi.

Dia beralasan, kilang-kilang Indonesia sudah tua, bahkan teknologi yang digunakan merupakan teknologi lama. "Kilang balongan yang paling baru saja baru RON 70," ucapnya.

Jadi, Novi berharap supaya pemerintah dapat membangun kilang-kilang baru untuk memenuhi kebutuhan BBM yang diperkirakan akan terus melonjak setiap tahun.

"Kalau nggak, Indonesia bisa jadi nett importir terbesar di 2018 karena kebutuhan BBM nasional diprediksi menembus 2 juta bph," tandas dia. (Fik/Ndw)

Video Terkini