Liputan6.com, Jakarta Di Indonesia, biaya pengiriman logistik menjadi salah satu penyumbang terbesar pada harga barang. Bahkan, ongkos logistik di tanah air lebih besar ketimbang negara-Negara lain di Asia Tenggara (ASEAN).
Sekretaris Jendral (Sekjen) Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI)Â M Akbar Johan menuturkan, biaya pengiriman logistik Indonesia berada pada kisaran 24%-27%dari harga produk. Jumlah tersebut terbilang besar mengingat di negara ASEAN yang lain biaya logistik hanya di bawah 10%.
"Biaya logistik Indonesia sampai dua digit, di negara ASEAN lainnya bawah single digit, di bawah 10%," kata dia saat berkunjung di Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Jakarta, Senin (12/4/2014).
Advertisement
Namun meskipun cukup tinggi, pertumbuhan pasar logistik Indonesia cukup bagus. Dalam kurun dua tahun besaran pasar sekitar Rp 1.400 triliun. Tahun ini diprediksi lebih besar mencapai Rp 1.700 triliun. Peningkatan pasar untuk sektor logistik imbuh dia ditunjang adanya peningkatan retail sektor domestik dan kelas menengah.
Pengiriman logistik untuk wilayah domestik masih menguasai dengan porsi 60%-70%. Angka ini diprediksi akan naik menjadi 80%. Sedangkan pengiriman logistik untuk ekspor impor terbilang rendah hanya berada pada kisaran 10%-15%.
Oleh karena itu, dalam kunjungannya hari ini pihaknya mengutarakan kepada Kemenperin tentang perlu adanya reformasi logistik. Dalam reformasi tersebut, ia mengajukan 5 pilar tujuan seperti harmonisasi regulasi, peningkatan capability fiskal, infrastruktur dan sumber daya manusia.
"Terutama harmonisasi sinergi regulasi, kami tahu harmonisasi sangat minim, sehingga banyak aturan malah saling silang. Percepatan penguatan dan penguasaan sektor fiskal. Walaupun muaranya ke harmonsasi regulasi, fiskal, infrastruktur, SDM capability juga perlu ditingkatkan hadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)," tukas dia. (amd/gdn)