Sukses

Listrik Jakarta Padam Dua Hari, Pengelola Mal Kelimpungan

Pemakaian genset dalam waktu lama juga mendongkrak biaya operasional karena semakin banyak BBM jenis solar yang dibakar.

Liputan6.com, Jakarta - Pengusaha Pusat Perbelanjaan di wilayah Jakarta dan sekitarnya mengeluhkan pemadaman listrik yang diakibatkan defisit daya sistem sebesar 750 megawatt (MW) pada Sub Sistem Muara Karang-Gandul, Balaraja-Lontar, dan Kembangan.

Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Perbelanjaan Indonesia (APPBI) Dewan Pengurus Daerah (DPD) Ellen Hidayat mengatakan, pemadaman listrik yang terjadi sejak kemarin menggangu aktivitas pusat perbelanjaan. Pasalnya, sebagian besar membutuhkan energi listrik.

"Pasti bedampak besar karena segala macam pakai listrik. Kami tidak bisa tidak pakai listrik karena tenant-tenant kami menjual barang di kulkasnya. Kalau listrik mati, barang itu bisa rusak," kata Ellen saat berbincang dengan Liputan6.com, di Jakarta, selasa (13/5/2014).

Tak hanya itu, pemadaman listrik bergilir juga membuat pengelola mal terpaksa menyediakan listrik dengan memakai genset. Namun, listrik yang dihasilkan genset tidak optimal sehinggal hal tersebut mengganggu.

"Genset ada batasnya, menghidupkan genset kalau mati 10 menit masih bisa, tapi gensent tidak bisa lama, seperti rumah saya sekian jam, ada batasnya. Bagaimana pun pakai genset tidak nyaman," ungkapnya.

Pemakaian genset dalam waktu lama juga mendongkrak biaya operasional karena semakin banyak bahan bakar minyak (BBM) jenis solar yang dibakar.  Hal itu membuat semakin besarnya kerugian yang harus ditanggung pengelola mal.

"Anggota saya belum pada lapor berapa kerugiannya, anggota kita semua masih menghitung. Semua jaga cost. Genset pakai solar, solar biayanya tinggi," pungkasnya. (Pew/Ndw)