Liputan6.com, Jakarta - Indonesia harus memiliki persiapan untuk menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN pada 2015 termasuk di bidang logistik. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan terus meningkatkan infrastruktur untuk membantu penurunan biaya logistik Indonesia.
Chairman Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI), Yukki Nugrahawan Hanafi mengungkapkan, dengan kapasitas Indonesia sekarang ini, perlu waktu dua tahun setelah AEC diterapkan untuk Indonesia secara utuh mampu bersaing dengan negara lain.
"Siap dan tidak siap sudah disepakati, saya pikir kita harus ada persiapan, masih ada satu tahunan lagi, tentu nanti tetap ada proses penyesuaian, ya satu sampai dua tahun lah, baru setelah itu adjust, terutama soal logistik," ungkapnya saat ditemui di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Rabu (14/5/2014).
Advertisement
Meski begitu, Yukki mengaku optimistis, Indonesia akan menjadi pemimpin dalam dunia logistik meskipun saat ini biaya logistik dinilainya masih cukup tinggi.
Salah satu hal yang membuat dirinya optimistis adalah tingginya tingkat konsumsi masyarakat Indonesia yang mencapai 250 juta jiwa dan semakin berkualitasnya komoditi asli Indonesia.
Lebih lanjut menurut Yukki, pesaing ketat Indonesia dalam menjajaki pasar ASEAN nantinya adalah tiga negara yang diakuinya lebih siap ketimbang Indonesia.
"Saat ini hanya ada tiga negara yang menurut saya lebih siap dan paling siap, yaitu Singapura, Malaysia, dan Thailand. Singapura itu sudah menerapkan single price untuk berbagai hal," jelas Yukki.
ALFI sendiri berharap dengan komitmen pemerintah untuk terus meningkatkan infrastruktur akan dapat membantu penurunan biaya logistik Indonesia sehingga nantinya akan mencapai 19% dari produk domestik bruto (PDB), saat ini biaya logistik berada di kisaran 24% dari PDB
Seluruh negara ASEAN mulai 2015 akan menerapkan pasar bebas ekonomi. Hal itu menjadi perhatian beberapa negara mengingat hingga saat ini hanya ada beberapa negara yang menyatakan siap bersaing dengan negara-negara lainnya. (Yas/Ahm)