Sukses

Upah Minimum Buruh di Swiss Bakal Tertinggi di Dunia

Serikat buruh di Swiss menuntut upah minimum 4.000 franc Swiss per bulan seiring biaya hidup semakin tinggi.

Liputan6.com, Jenewa - Kebijakan upah minimum tidak hanya menjadi masalah di Indonesia, bahkan masalah upah minimum terjadi di Swiss. Para pemilih Swiss akan mengambil bagian dari referendum untuk mengambil keputusan soal upah minimum pada Minggu ini.

Bila disetujui maka upah minimum di Swiss bakal tertinggi di dunia. Para majikan akan diwajibkan untuk membayar pekerja sekitar 4.000 franc Swiss per bulan (US$ 4.470 atau sekitar Rp 51,01 juta dengan memakai asumsi Rp 11.412 per dolar Amerika Serikat (AS).

Mengutip dari BBC, Minggu (18/5/2014), para pendukung upah minimum ini menyatakan, langkah referendum perlu dilakukan untuk menjalani kehidupan layak. Akan tetapi, ada sejumlah pihak menilai nilai upah minimum itu bakal menaikkan biaya produksi dan meningkatkan pengangguran. Hal itu karena orang-orang muda akan merasa lebih sulit untuk mendapatkan pekerjaan.

Dikabarkan, proposal soal gaji paling menonjol dari beberapa referendum yang diambil pada Minggu ini. Keputusan lain diambil dalam referendum yaitu soal pembelian jet baru buatan Swedia untuk angkatan udara Swiss.

Tuntutan upah ini disampaikan serikat buruh Swiss. Serikat buruh berpendapat, biaya hidup semakin tinggi di kota-kota besar Swiss seperti Jenewa dan Zurich. Selain itu, biaya hidup kurang dari 4.000 franc per bulan tidak cukup bagi mereka. Hal itu karena biaya sewa, asuransi kesehatan dan makanan makin mahal.

Para buruh juga kecewa dengan Swiss yang menjadi salah satu negara terkaya di dunia tidak memiliki tingkat upah minimum sementara Jerman dan Perancis memilikinya. Upah minimum di Jerman akan menjadi 8,5 euro per jam dari 2017.

Adapun elemen kunci dari kampanye mendukung upah minimum adalah argumen bahwa sistem kesejahteraan Swiss dipaksa untuk mensubsidi bisnis yang menolak untuk membayar upah layak. Akan tetapi, para pemimpin bisnis dan pemerintah mengatakan, kalau pengangguran yang rendah dan mayoritas menunjukkan standar hidup tinggi kalau tidak ada kebutuhan untuk perubahan.

Kenaikan upah ini memang akan menganggu sejumlah elemen. Pertama usaha kecil, petani Swiss khawatir akan dipaksa untuk membayar pekerjanya 4.000 franc per bulan.

Sebagian besar pekerja Swiss dibayar rendah terutama di industri jasa, hotel dan restoran. Mayoritas pekerja itu Perempuan. Jajak pendapat terbaru menunjukkan kalau proposal upah minimum dapat ditolak.

Berdasarkan laporan BBC, Swiss telah mengalami tiga kali referendum soal upah dalam 18 bulan ini. Hal ini menunjukkan jarak antara kaya dan miskin semakin lebar.

Pada Februari, Swiss mendukung pembatasan bonus untuk atasan. Namun pada November mereka menolak kontrol lebih ketat untuk membatasi gaji tidak lebih dari 12 kali lipat dari yang dibayar.

Suara ini akan mendapatkan dukungan dari kota-kota besar. Studi menunjukkan pekerja di hotel dan restoran harus bergantung pada tambahan tunjangan kesejahteraan untuk memenuhi kebutuhan. (Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini