Liputan6.com, Jakarta - Penutupan dua pabrik rokok PT HM Sampoerna Tbk di Jember dan Lumajang memunculkan anggapan mengenai upaya perseroan mengganti tenaga manusia dengan mesin. Sehingga terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap 4.900 karyawan emiten berkode HMSP itu.
Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Chairul Tanjung, hal itu sangat wajar terjadi di industri saat ini mengingat tren memodernisasi industri kian tak terhindarkan.
"Wajar saja, kan di Indonesia tidak ada larangan orang untuk memodernisasi industri. Kalau mesin lebih efisien ya jangan salahkan (industri)," ungkap pria yang akrab disapa CT itu di kantornya, Senin (20/5/2014) malam.
Ketua Komite Ekonomi Nasional sekaligus pengusaha kakap ini meminta kepada masyarakat untuk tidak membesar-besarkan tindakan perusahaan rokok tersebut. Pasalnya, permintaan rokok jenis sigaret kretek tangan (SKT) terus mengalami penurunan.
"Masalah pabrik rokok itu kan bukan yang filter, tapi kretek tangan yang memang pasarnya sudah nggak ada. Jadi nggak perlu dibesar-besarkan lah," pinta dia.
Namun demikian, CT telah mendesak deputi di lingkungan Kemenko Perekonomian untuk melakukan kajian upah yang dikaitkan dengan produktivitas pekerja. "Saya nggak mau semua ini cuma wacana, dan nggak hanya dikaji. Tapi saya mau realitasnya," tandasnya. (Fik/Ahm)
CT: Jangan Salahkan Industri Bila Mesin Lebih Efisien
"Masalah pabrik rokok itu bukan yang filter tapi kretek tangan yang pasarnya sudah tidak ada," ujar Menko Perekonomian Chairul Tanjung.
Advertisement