Sukses

RI Gandeng Prancis Bangun Pabrik Bahan Baku Peledak

Setelah berjuang selama dua dekade, akhirnya Indonesia akan memiliki pabrik bahan baku peledak atau propelan.

Liputan6.com, Jakarta - Setelah berjuang selama dua dekade, akhirnya Indonesia akan memiliki pabrik bahan baku peledak atau propelan.

Dalam merealisasikan proyek besar ini, PT Dahana (Persero) menggandeng dua perusahaan asing, yakni Eurenco dan Roxel France asal Perancis.

Dahana, adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di industri bahan peledak. Sedangkan Eurenco merupakan perusahaan yang mengembangkan, memproduksi dan menyediakan aneka raham bahan energetik untuk pertahanan dan pasar komersial.

Sementara Roxel France sebagai perusahaan yang memiliki keahlian dalam bidang desain, pengembangan, produksi dan pemasaran motor roket.

Staf Ahli Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) Bidang Kerjasama dan Hubungan Antar Lembaga, Silmy Karim mengungkapkan, Dahana serta Eurenco dan Roxcel telah menandatangani nota kesepahamam pembangunan pabrik propelan sebagai bahan baku amunisi, roket dan peluru kendali di Subang, Jawa Barat.

"Ini adalah program nasional yang akan mendorong kemandirian bangsa dalam memproduksi alat pertahanan dan keamanan. Rencana proyek ini sudah cukup lama sejak 20 tahun lalu, tapi tidak pernah kejadian," kata dia dalam Konferensi Pers di Balai Media, Kementerian Pertahanan, Jakarta, Senin (26/5/2014).

Pabrik propelan, tambah Silmy, akan mengadopsi teknologi serta fasilitas modern dari Roxel dan Eurenco. Kerjasama ini merupakan lanjutan dari perjanjian antara Prancis dan Indonesia pada 1 Juni 2011.

"Kami sudah melewati persetujuan di pemerintahan Prancis dengan cukup ketat. Dan kini, pemerintah Indonesia akan memonitor, evaluasi, mengontrol dan mengutamakan proses business to business berjalan dengan lancar," jelas dia.

Pabrik ini, kata dia, akan berdiri di areal lahan seluas 50 hektare (ha). Melalui proses dua tahap, pabrik propelan bakal memproduksi tujuh jenis produk.

Namun di tahap awal untuk pembuatan amunisi, Dahana akan produksi tiga jenis, yakni peluru, roket, peluru kendali, propelan untuk amunisi kaliber kecil, menengah dan besar.

Pabrik propelan, diharapkan Silmy mampu memenuhi kebutuhan propelan di Indonesia dengan kemampuan produksi antara lain nitrogliserin sebanyak 200 ton per tahun, sperical powder 400 ton per tahun, propelan double base roket 80 ton per tahun dan propelan komposit 200 ton per tahun.

"Ground breaking pabrik mudah-mudahan bisa dilakukan sebelum HUT TNI 5 Oktober tahun ini. Pabrik ini akan jadi kado buat TNI. Dan diharapkan mulai produksi di 2018 dengan kisaran waktu penyelesaian pembangunan 40-50 bulan," terang dia.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Dahana, F Harry Sampurno mengaku, pembangunan pabrik propelan adalah agenda penting bagi perseroan untuk mempersiapkan industri pertahanan dalam negeri.

"Dua minggu lalu, Menteri Pertahanan dan Menteri PPN datang ke Subang. Mereka memastikan kesiapakan pembangunan pabrik ini sekaligus melaksanakan peletakkan batu pertama pembangunan pabrik NAC/SAC pembuat asam nitrat pekat dan asam sulfat pekat," ujarnya.

Pabrik NAC/SAC memproduksi asam nitrat pekat sebagai bahan baku pembuatan PETN yang kemudian digunakan sebagai komponen utama pembuatan booster. (Fik/Nrm)

Video Terkini