Liputan6.com, London - Di Indonesia, properti menjadi salah satu incaran orang kaya untuk berinvestasi. Alasannya, berbagai riset menunjukkan kenaikan harga properti di Indonesia selalu berada di atas bahkan berlipat-lipat di atas lonjakan inflasi.
Ternyata, kebiasaan orang kaya di Indonesia tersebut berbeda dengan orang kaya di Amerika Serikat. Di negeri Paman Sam tersebut, properti bukan sebagai instrumen investasi yang dianggap menguntungkan.
Seperti ditulis oleh bornrich.com yang dikutip oleh Liputan6.com pada Selasa (27/5/2014), Savills, sebuah perusahaan real estate berbasis di London, Inggris melakukan riset terhadap miliarder di Eropa dan Amerika yang memiliki kekayaan bersih di atas US$ 30 juta. Dalam riset tersebut, Savills ingin mengetahui apakah properti menjadi pilihan investasi orang-orang kaya di kawasan Amerika, Eropa dan Asia.
Hasilnya cukup mengejutkan. Ternyata orang kaya di Amerika tidak terlalu suka berinvestasi di properti. Dari riset tersebut menunjukkan bahwa proprtti hanya menduduki porsi sebesar 7% dari total aset orang-orang kaya di Amerika.
Jumlah tersebut berbeda jauh dengan kondisi di Eropa. Orang-orang kaya di Eropa rupanya cukup senang berinvestasi di properti. Terlihat, dari total aset yang mereka miliki, 31% merupakan aset properti.
Sedangkan di Asia, orang-orang kayanya ternyata juga cukup senang berinvestasi di properti. Berdasarkan riset tersebut, 27% aset orang kaya tersebut merupakan aset properti.
Alasan orang kaya Amerika tidak senang berinvestasi di properti ternyata harga properti di Amerika tidak terlalu mahal atau jauh lebih murah jika dibanding dengan di belahan dunia lainnya.
Orang Amerika melihat bahwa berinvestasi di properti terlalu menguntungkan. Mereka lebih memilih untuk berinvestasi di saham atau instrumen keuangan lainnya.
Orang Kaya Amerika Tidak Suka Berinvestasi di Properti
Harga properti di Amerika tidak terlalu mahal atau jauh lebih murah jika dibanding dengan di belahan dunia lainnya.
Advertisement