Liputan6.com, Jakarta - Pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) tengah gundah gulana terkait rencana masuknya perusahaan ritel raksasa modern, Carrefour ke Kompleks Gedung Small and Medium Enterprises and Cooperatives (Smesco) di Jakarta.
Â
Rencana ini pun dipertanyakan mengingat gedung Smesco yang berlokasi di Jalan Gatot Subroto Jakarta Pusat selama ini dikenal sebagai lokasi memamerkan produk buatan UKM lokal.
Â
Pengamat ekonomi, Hendri Saparini mengeluhkan kehadiran Carrefour di pusat pengembangan UKM yang terletak di bilangan Gatot Subroto itu.Â
Â
"Kok jadi malah ritel asing modern ada di jantungnya UKM (Smesco). Ini sebenarnya pemerintah mau mengembangkan UKM atau nggak sih," ujar Direktur Eksekutif Core Indonesia ini kepada Liputan6.com, Jakarta, seperti ditulis Kamis (29/5/2014).
Â
Dia membandingkan perlakuan pemerintah negara lain terhadap kehadiran ritel modern asing. Mereka membatasi pangsa pasar ritel modern asing supaya tidak menggerus porsi pasar ritel lokal.Â
Â
"Misalnya pembukaan Carrefour di Korea, begitu dibuka para menterinya justru belanja di Lotte Mart bukan di Carrefour. Ini menandakan mereka serius peduli dengan ritel lokalnya. Di Jepang pun, Carrefour berada di lokasi Disneyland sehingga sulit dijangkau," jelas dia.
Â
Sementara di Indonesia, kata dia, ritel raksasa ini justru ramai menghiasi pusat-pusat perbelanjaan di seluruh Indonesia. Hal ini menimbulkan tanda tanya besar apakah ada keberpihakan pemerintah terhadap ritel modern asing.Â
Â
Sulitnya lagi, tambah Hendri, produk UKM lokal kurang kompetitif di pasaran sehingga untuk bisa bersaing dengan barang lain di kompleks Carrefour sangat berat.
Â
"Jika ada ketentuan 80% produk UKM lokal masuk Carrefour, ada peraturannya nggak? produk kita saja nggak kompetitif, jadi ini sangat sulit dilaksanakan," jelas dia.Â
Â
Dia berharap, agar pemerintah membatalkan Carrefour berdiri di Gedung Smesco. "Cari tempat lain, sebab gedung ini kan dibiayai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)," saran Hendri. (Fik/Nrm)