Liputan6.com, Singapura - Meski terlihat sangat tenang, Malaysia kini sebenarnya tengah berjuang keras keluar dari lilitan utang senilai US$ 11 miliar atau setara Rp 129,07 triliun. Pinjaman yang digulirkan sebagai dana investasi tersebut ternyata tidak cukup untuk mengoperasikan bisnis yang direncanakan pemerintah Malaysia.
Mengutip laman Reuters, Senin (2/6/2014), dana investasi senilai US$ 14 miliar yang dibenamkan Malaysia ternyata tidak menghasilkan cukup uang untuk membiayai operasi hingga menutupi beban bunga yang harus dibayarkan.
Dianggap sebagai lembaga dana kekayaan kedaulatan dan komunitas investasi swasta, 1Malaysia Development Berhad (1MDB) yang dipimpin langsung Perdana Menteri Nazib Razak kini tengah berusaha melunasi beban pinjaman senilai US$ 11 miliar. Sementara itu, pemerintah Malaysia mengatakan, hanya dapat menjamin sekitar 14% dari total utang tersebut.
Advertisement
Komunitas investasi tersebut mengaku perlu menambah pinjamannya untuk menutupi utang tersebut. Akibatnya, jeratan utang Malaysia semakin mengikat dan meningkatkan posisi utangnya ke level memprihatinkan.
"Kami tidak tahu seberapa baik 1MDB melakoni bisnisnya. Itu menimbulkan risiko mengingat jumlah uang yang dipinjamnya dalam beberapa tahun terakhir," ujar analis senior dari kelompok risiko sovereign di lembaga pemeringkat Moody `s Investors Service, Christian de Guzman.
Kontroeveri akan 1MDB telah muncul sejak pertama kali dibentuk beberapa bulan setelah Najib berkuasa pada 2009. Dana pinjaman investasi tersebut digunakan untuk mendanai proyek-proyek yang merupakan bagian dari Program Transformasi Ekonomi yang dicetuskannya.
Sejumlah kritik dilayangkan mempertananyakan pilihan-pilihan investasi lembaga tersebut, jumlah utang, dan dana US$ 2,25 miliar yang dibenamkan di Cayman Island. Tak hanya itu, sebagian analis juda mempertanyakan dana ratusan juta dolar yang dihasilkan Goldman Sachs untuk mengatasi sejumlah isu terkait obligasi, penundaan rekening, pergantian auditor, dan kurangnya transparansi.
Sejauh ini, waktu jatuh tempo dana pinjaman senilai US$ 1,9 miliar yang seharusnya pada November telah diperpanjang dua pekan lalu. Kondisi ini guna memberikan kesempatan pada 1MDB untuk menggelar penawaran saham perdana (IPO) demi menarik dana sebesar US$ 2 miliar.
Langkah tersebut diharapkan dapat mengurangi jumlah utang Malaysia yang digunakan untuk membeli 15 pembangkit listrik.
Pemimpin pihak oposisi Anwar Ibrahim mengatakan, jika 1MDB yang dibawahi Najib terus menanamkan budaya mengumpulkan utang, maka lembaga tersebut akan gagal.
"Maka 1MDB akan menjadi 1Malaysia's Debts of Billions," sindirnya.
Sejauh ini sejumlah pihak di kantor Perdana Menteri dan 1MDB enggan berkomentar mengenai kasus pinjaman tersebut. (Sis/Ndw)