Liputan6.com, Jakarta - Industri makanan dan minuman yang bersertifikat halal, menjadi satu-satunya sektor yang paling banyak menyumbang kontribusi untuk perkembangan ekonomi Islam.
"Saat ini ada tujuh sektor ekonomi islam yang meningkat menonjol, itu pertama adalah kuliner, lalu keuangan, industri asuransi, fashion, kosmetik, farmasi, hiburan dan pariwisata," kata Wakil Presiden RI, Boediono di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin (2/6/2014).
Boediono menambahkan, dengan total populasi umat muslim di dunia sebesar 1,6 miliar atau sekitar 23,4% dari total penduduk dunia, hal ini menjadikan pasar ekonomi Islam akan terus berkembang, terutama yang berbasis syariah.
Namun, apa yang diimpikan tersebut tidaklah mudah. Boediono menilai ada beberapa tantangan yang harus dihadapi untuk terus mengembangkan ekonomi Islam.
"Kita mengetahui tantangan mempercepat ekonomi Islam adalah di bidang sosialisasi, promosi, dan edukasi ke masyarakat, ini yang harus kita terus lakukan," jelas Boediono.
Berdasarkan Thomson Reuters dalam State of The Global Islamic Economy 2012, tercatat sektor makanan dan minuman halal, dilaporkan total pengeluaran muslim dunia sebesar US$1.088 miliar atau sebesar 16,6% dari total pengeluaran kebutuhan mamin sedunia yang akan sebesar US$1.626 miliar di tahun 2018.
Sementara peringkat kedua dari sektor keuangan. Aset yang dimiliki oleh keuangan muslim saat ini telah mencapai US$1.354 miliar. Sedangkan potensi yang dimiliki bank-bank Islam sebesar US$4.095 miliar atau 3,3% dari aset yang dimiliki oleh bank-bank di dunia.
Lalu untuk peringkat ketiga, fashion muslim menjadi hal yang tak kalah pesat berkembang. Kebutuhan pakaian muslim mencapai US$ 224 miliar atau sebesar 10,6% dari kebutuhan pakaian dunia. Hal itu diperkirakan akan mencapai US$ 322 miliar pada 2018 atau sekitar 11,5% dari kebutuhan dunia. (Yas/Ahm)
Makanan dan Minuman Jadi Penopang Utama Ekonomi Syariah
Wakil Presiden Boediono menyebutkan, sosialisasi, promosi dan edukasi menjadi tantangan untuk mengembangkan ekonomi Islam.
Advertisement