Sukses

Defisit Neraca Perdagangan Bikin IHSG Turun 13 Poin

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,28% ke level 4.880,07 pada sesi pertama perdagangan saham hari ini dipicu data makro ekonomi.

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak fluktuaktif sepanjang sesi pertama perdagangan saham hari ini. Pengumuman inflasi Mei yang sesuai perkiraan pelaku pasar ternyata tidak mampu memberikan tenaga untuk indeks saham.

Pada penutupan sesi pertama perdagangan saham, Senin (2/6/2014), IHSG melemah 13,83 poin (0,28%) ke level 4.880,07. Indeks saham LQ45 tergelincir 0,23% ke level 822,65.

IHSG sempat berada di level tertinggi 4.910,65 dan level terendah 4.875,61. Transaksi perdagangan saham selama sesi pertama juga cukup aktif. Total frekuensi perdagangan saham mencapai 123.255 kali dengan volume perdagangan saham 3,03 miliar saham. Nilai transaksi perdagangan saham sekitar Rp 3,71 triliun.

Sebanyak 191 saham melemah sehingga menekan indeks saham. Sementara itu, 80 saham menguat dan 80 saham diam di tempat.

Secara sektoral, sektor saham menguat dan melemah sama kuat. Sektor saham yang melemah tajam seperti sektor saham konstruksi turun 2,01% dan sektor saham infrastruktur melemah 2,09%.

Adapun sektor saham yang menguat antara lain sektor saham aneka industri naik 0,93% dan sektor saham keuangan mendaki 0,66%. Berdasarkan data RTI, investor asing masih melakukan aksi beli bersih. Investor asing melakukan aksi beli bersih mencapai Rp 933 miliar. Sementara itu, investor lokal melakukan aksi jual mencapai Rp 900 miliar.

Pada sesi pertama hari ini, saham-saham yang menguat antara lain saham MRETI naik 22,45% ke level Rp 6.000 per saham, saham LINK mendaki 50% ke level Rp 2.400 per saham, dan saham FAST menguat 20,27% ke level Rp 2.670 per saham.

Saham-saham yang menekan indeks saham antara lain saham YPAS tergelincir 15,33% ke level Rp 635 per saham, saham YULE turun 13,19% ke level Rp 79 per saham, dan saham RAJA melemah 9,6% ke level Rp 565 per saham.

Sebelumnya BPS melaporkan laju inflasi mencapai 0,16% pada Mei 2014. Laju inflasi year on year (Maret 2013-Maret 2014) yaitu 1,56%. Sedangkan defisit perdagangan Indonesia tercatat US$ 1,96 miliar pada April 2014. Defisit perdagangan itu disebabkan oleh defisitnya sektor migas dan non migas masing-masing sebesar US$ 1,07 miliar dan US$ 0,89 miliar. (Ahm/)