Liputan6.com, Jakarta - Sebagai ibukota Indonesia, Jakarta memang memiliki mobilitas bisnis yang cukup tinggi dibandingkan sejumlah wilayah lainnya. Sebuah studi yang digelar perusahaan konsultan global, Credo bahkan menemukan, pembenahan transportasi Jakarta dapat menghasilkan manfaat ekonomi bernilai US$ 8,9 miliar atau Rp 104,7 triliun per tahun.
"Semakin efisien jaringan transportasi suatu kota, semakin menarik kota tersebut bagi bisnis,” ungkap Chris Molloy, analis Credo yang bekerjasama dengan Sektor Infrastruktur dan Perkotaan, Siemens AG, Jerman seperti dikutip dari keterangan resmi yang diperoleh Liputan6.com, Senin (2/6/2014).
Baca Juga
Hasil penelitian tersebut memprediksi jumlah komuter (pengguna transportasi) di Jakarta dapat mencapai 2,5 juta jiwa hingga 2030. Kondisi tersebut dipicu pertambahan penduduk serta pertumbuhan ekonomi.
Advertisement
Meski demikian, Jakarta masih menghadapi tantangan berat untuk melakukan peningkatan di bidang transportasi. Sejauh ini, Jakarta diprediksi memiliki kemampuan dan cukup waktu untuk belajar dari kota besar di negara lain demi mengembangkan sistem jaringan transportasi yang lebih matang.
“Semua kota dapat belajar dari kota-kota terbaik dalam kategorinya untuk menutup kesenjangan dalam efisiensi jaringan transportasi, mengurangi biaya dan meningkatkan produktivitas. Semakin efisien jaringan transportasi suatu kota, semakin menarik kota tersebut bagi bisnis,” terang Chris Molloy
Studi tersebut menemukan sejumlah kota seperti Kopenhagen yang mampu membangun salah satu jalur transportasi terbaik di dunia. Sementara Singapura termasuk ke dalam kategori dengan tingkat kepadatan transportasi cukup tinggi.
“Sistem transportasi kota terbaik adalah yang memungkinkan mobilitas cepat, mudah, dan nyaman ke tempat tujuan masing-masing. Yang terpenting, strategi yang jelas tentang bagaimana memenuhi kebutuhan masa depan," ungkap CEO Sektor Infrastruktur dan Perkotaan, Siemens AG Roland Busch.
Sekadar informasi, studi tersebut disponsori Siemens AG, Jerman untuk meneliti jaringan transportasi di 35 kota besar di seluruh dunia. Secara keseuluruhan, penelitian terpusat pada seberapa siap kota-kota tersebut menghadapi tantangan masa depan, termasuk pertumbuhan penduduk dan tingkat kompetisi yang semakin tinggi. (Sis/Nrm)