Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menetapkan harga listrik yang dihasilkan dari pembangkit panas bumi US$ 11-12 sen per Kilo Wat Hour (KWH).
Menteri Energi Sumber Daya Mineral Jero Wacik menyatakan, agar Energi Baru Terbarukan (EBT) dapat berkembang harus didukung dengan harga yang sesuai keekonomian.
"Harga selama ini investor yang bergerak di panas bumi itu dihitung kalau harga sekian investasi sekian dengan risiko bekerja karena itu saya terobos. Kita harus beri ruang lebih baik di harga sehingga berani investasi," kata Jero, saat menghadiri saat menghadiri Indonesia EBTKE ConEx 2014, di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Rabu (3/6/2014)
Oleh karena itu, pihaknya telah menetapkan harga-harga jual listrik dari pembangkit yang berasal dari EBT seperti panas bumi yang mencapai US$ 11-US$ 12 sen per Kwh dan bio massa sekitar US$ 14- US$ 16 sen Kwh.
"Misal geo thermal US$ 11-12 sen per Kwh, kemudian bio massa US$ 14an sen-US$16 sen. Kemudian Mikro Hydor 1075 rupiah kira-kira US$ 9 sen dilar per kwh," jelasnya.
Menurut Jero, untuk tahap awal harga listrik dari EBT memang lebih mahal, namun akan menurun dalam jangka waktu beberapa tahun ke depan.
"Di Thailand begitu 20 tahun pertama 25 sen. Harganya murah bisa dipakai seumur-umur tidak impor, jadi kalau seperti ini tidak dikerjakan dengan keras yang salah kita," tutur Jero.
Selain itu, dirinya mengimbau agar para pemerintah daerah mempermudah perizinan pengembangan energi panas bumi, agar lebih cepat terealisasi.
"Perizinan yang permudah, saya imbau bupati wali kota gubernur asal ada orang minta izin membangkitkan listrik dari EBT mudahkanlah. Biar cepat barang itu," pungkasnya. (Pew/Ahm)