Liputan6.com, New York - Setelah sempat menunjukkan penguatan pekan lalu menyusul kebijakan suku bunga Bank Sentral Eropa (ECB), harga emas tampaknya akan mulai melemah. Pasalnya, sentimen tersebut tak akan bertahan lama dan menyebabkan harga emas kembali turun.
Mengutip laman Forbes, Senin (9/6/2014), sebanyak 12 partisipan dalam Kitco News Gold Survey memprediksi harga emas akan melemah. Sebaliknya, tujuh responden menilai harga emas berpotensi mengalami kenaikan dan tiga lainnya memprediksi perdagangan emas akan bergerak stagnan.
Pekan lalu, para partisipan menilai harga emas akan melemah. Faktanya, harga emas di divisi Comex New York Mercantile Exchange justru naik hingga US$ 5 per ounce pekan lalu.
Para partisipan yang memperkirakan pelemahan harga emas mengatakan, tren penurunan harga emas tetap akan berlanjut meskipun sempat menguat menyusul kebijakan Bank Sentral Eropa.
"Saya rasa harga emas akan kembali turun. Terdapat sedikit pantulan pada pergerakan harga emas saat ini. Tapi saya tak melihat posisinya akan bertahan. Pelemahan harga akan terus berlanjut," ungkap pialang komoditas senior RJO Futures, Daniel Pavilonis.
Sementara para responden yang melihat kenaikan harga mengatakan, dalam jangka pendek logam mulia tersebut akan dilanda aksi jual. Kondisi tersebut membuat pasar semakin menguat.
Terlebih lagi, ketegangan antara Presiden AS Barack Obama dengan Rusia semakin meningkat dengan memburuknya kekerasan di Ukraina. Tapi situasi tersebut justru positif bagi emas.
Tak hanya itu, kebijakan ECB juga diprediksi masih akan menjadi sentimen yang menguatkan harga emas.
"Semua faktor tersebut dapat mendorong naik harga emas dalam sepekan atau dua pekan ke depan," ungkap CEO Adrian Day Asset Management, Adrian Day.
Para partisipan yang melihat harga emas akan bergerak stagnan mengatakan hingga saat ini belum ada sentimen yang dapat mendorong atau melemahkan harga emas secara signifikan. (Sis/Ndw)
Harga Emas Bakal Merosot Pekan Ini
Tren penurunan harga emas tetap akan berlanjut meskipun sempat menguat menyusul kebijakan Bank Sentral Eropa.
Advertisement