Sukses

Cegah Krisis, Presiden Baru Punya PR Soal Pengelolaan Fiskal

Negara-negara di Asia kini dihadapkan pada lima tantangan dalam mendorong transformasi pertumbuhan yang lebih berkualitas.

Liputan6.com, Jakarta - Visi misi dua calon presiden (capres) dan wakil presiden (wapres) Prabowo Subianto-Hatta Rajasa serta Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla telah dikemukakan.

Namun Pakar Ekonomi, Firmanzah mengingatkan agar presiden terpilih mendatang dapat menjaga kesinambungan fiskal Indonesia.

Mengutip laman resmi Setkab, Senin (9/6/2014), Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini mengutip, salah satu kajian Badan Moneter Internasional (IMF) belum lama ini, yang mengatakan, negara-negara di Asia kini dihadapkan pada lima tantangan dalam mendorong transformasi pertumbuhan yang lebih berkualitas. 

Kelima tantangan itu, kata Firmanzah, antara lain, bagaimana mengatasi jebakan masyarakat berpendapatan kelas menengah (middle-income trap), tata kelola pemerintahan yang bersih, mengatasi aging population, mereduksi inequality, dan mendorong pembangunan sektor keuangan.

“Negara-negara Asia baik yang masuk dalam kelompok negara maju, emerging maupun low income economies dituntut dapat menempuh sejumlah kebijakan transformasi untuk dapat menyelamatkan ekonomi negaranya (juga kawasan) dari imbas perlambatan global dalam beberapa tahun ini,” jelasnya.

Firmanzah mengingatkan, ekonomi dunia dan Asia masih menyisakan risiko ketidakpastian setelah Tiongkok dan India menunjukkan perlambatan dan kontraksi ekonomi yang dihadapi sejak 2012.

Hal ini juga menjadi salah satu konsiderasi darilembaga seperti Bank Dunia, IMF, ADB, dan OECD yang pada beberapa bulan lalu menurunkan outlook ekonomi negara-negara berkembang di Asia.

"Pembenahan domestik seperti reformulasi strategi pertumbuhan yang lebih berkualitas, mendorong investasi, menjaga daya beli, pengelolaan inflasi, dan lain sebagainya kini banyak dilakukan sejumlah negara di Asia termasuk Indonesia,” papar Firmanzah.

Dia menyebutkan, perlambatan global, tertekannya perdagangan global, perubahan iklim yang mendorong volatilitas harga komoditas global (pangan dan energi), telah merongrong ekonomi negara-negara di dunia.

“Kompleksitas dan dinamikanya pun sulit diprediksi sehingga sebagian besar negara-negara Asia khususnya negara berkembang dituntut mampu mendesain kebijakan-kebijakan lentur namun tetap dalam koridor disiplin dan hati-hati khususnya dalam pengelolaan fiskal,” terangnya.

Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi dan Pembangunan itu menyebut, kegagalan zona Eropa dalam mengelola fiskalnya merupakan awal krisis kawasan tersebut dan menjadipelajaran berharga yang patut diperhatikan negara-negara lainnya.

Firmanzah mengatakan, pengelolaan fiskal 2014 dan 2015 menjadi refleksi pengelolaan fiskal yang berkesinambungan antar kepemimpinan nasional.

Ia menyebutkan, APBN 2014 dan perubahannya yang kini tengah dikonsultasikan Pemerintah dan DPR akan dijalankan oleh dua kepemimpinan, yaitu kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Presiden yang terpilih nanti.

Begitu pula halnya dengan RAPBN 2015 yang disusun saat ini di bawah kepemimpinan Presiden SBY, akan dijalankan oleh kepemimpinan Presiden mendatang.  

“Artinya Presiden yang terpilih nanti berperan penting di awal kepemimpinannya untuk menjagakesinambungan pengelolaan fiskal (fiscal sustainability),” tegas Firmanzah.

Menurut dia, pengelolaan dan kesinambungan fiskal menjadi penting dalam sistem perekonomian nasional mengingat masih tingginya ketidakpastian global, kompleksitas pengelolaan ekonomi, serta pengalaman berharga dari krisis-krisis sebelumnya. (Fik/Nrm)