Sukses

Tarif Listrik Naik, PLN Bisa Bangun Pembangkit Baru

Pembangunan infrastruktur kelistrikan bisa menggunakan dana penghematan subsidi sebesar Rp 8,51 triliun.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik menyatakan, kenaikan tarif listrik pada enam golongan pelanggan rumah tangga dan industrik bisa memberi ruang bagi PT PLN (Persero) untuk membangun pembangkit listrik yang baru.

Menurut dia, pembangunan infrastruktur kelistrikan itu bisa menggunakan dana penghematan subsidi sebesar Rp 8,51 triliun akibat adanya kenaikan tarif listrik di enam golongan pelanggan tersebut.

"Kenaikan ini untuk membantu PLN agar bisa membuat pembangkit listrik yang baru. Kalau harga listrik tidak dinaikkan dari mana PLN dapat uang untuk membangun pembangkit listrik baru?" kata Jero usai rapat kerja Komisi VII DPR dengan Kementerian ESDM, di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (10/6/2014).

Hal itu diamini Direktur Utama PLN Nur Pamudji. Dia mengungkapkan, kenaikan tarif listrik tersebut akan berkaitan dengan perbaikan investasi PLN sehingga akan meningkatkan layanan PLN kepada pelanggan

"Kaitannya dengan perbaikan dana investasi. Kalau struktur subsidi diperbaiki, dana investasi akan memberikan signifikan pada pelayanan," pungkasnya.

Pria berkacamata ini menuturkan, kenaikan tarif tersebut akan berdampak positif pada pendapatan PLN dan berkurangnya subsidi untuk pelanggan PLN.

"Saya bersyukur Komisi VII DPR menyetujui usulan kenaikan tarif listrik karena itu akan memperbaiki struktur income PLN. Pendapatan dari pelanggan besar naik, sementara porsi subsidnya kecil itu bagus," kata Nur Pamudji.

Menurut dia, pengurangan subsidi tersebut juga berdampak pada peningkatan kepercayaan investor dan rating utang PLN. "Seperti I3 tbk dan I4 naik, di samping faktor lain rating PLN naik. Salah satu alasan kenaikan rating naik ada perbaikan struktur income PLN untuk jangka panjang PLN bagus," ungkapnya.

Namun kenaikan tarif listrik tersebut tidak memperbaiki laba. Menurut Nur Pamudji, untuk laba sangat tergantung pada kurs mata uang asing. Hal ini sudah terjadi pada laba PLN tahun lalu yang merugi karena tergerus kurs.

"Laba kami sangat bergantung pada kurs. Kalau tidak ada rugi kurs,  laba PLN di atas Rp 10 triliun," pungkasnya. (Pew/Ndw)