Sukses

Pengusaha Lebih Memilih BBM Naik Ketimbang Listrik

Kenaikan TTL dapat mempengaruhi perekonomian Indonesia, dan membuat menurunnya penyerapan tenaga kerja.

Liputan6.com, Jakarta - Pengusaha menyesalkan keputusan pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang menaikkan Tarif Tenaga Listrik (TTL) untuk sektor industri dan lebih memilih kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi.

Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat mengungkapkan alasan lebih memilih kenaikan BBM ketimbang TTL, karena kenaikan BBM lebih efisien dan dampaknya tidak luas.

"Lebih baik subsidi BBM dikurangi dibanding listrik," kata Ade saat berbincang dengan Liputan6.com, di Jakarta, Jumat (13/6/2014).

Menurut Ade, kenaikan TTL dapat mempengaruhi perekonomian Indonesia, dan membuat menurunnya penyerapan tenaga kerja karena banyak industri yang mengalami kerugian.

"Listrik berpengaruh pada lapangan kerja rakyat Indonesia, kalau tidak dapat perhatian serius akan tunggu kehancurannya, kita semua harus fokus mengadakan lapangan kerja," tutur dia.

Ade melanjutkan, dengan sedikitrnya lapangan kerja yang menyerap tenaga kerja maka daya beli akan menurun karena tida ada penghasilan. Hal ini tentu akan berpengaruh pada barang yang diproduksi.

"Semakin banyak lapangan kerja semakin bagus negeri ini. Jadi daya beli nggak ada kalu nggak ada lapangan kerja siapa yang mampu membeli?," pungkasnya.

Beberapa hari lalu Komisi VII DPR telah menyetujui usulan pemerintah menaikan enam golongan pelanggan Tarif Tenaga Listrik (TTL), dengan begitu dapat menghemat subsidi sebesar  sebesar Rp 8,51 triliun.

Berikut enam golongan pelanggan yang mengalami kenaikan TTL mulai 1 Juli 2014.

Industri I3 non terbuka (tbk) dinaikkan secara bertahap 11,57% setiap dua bulan terhitung awal Juli mendatang. Perkiraan penghematan subsidi kenaikan ini sebesar Rp 4,78 triliun.

pelanggan rumah tangga R3 dengan 3.500-5500 volt ampere (va),  naik bertahap 5,7% setiap dua bulan mulai 1 juli mendatang. Potensi penghematan subsidi dari kenaikan ini sebesar Rp 0,37 triliun.

Pelanggan pemerintah (P2) dengan daya diatas 200 kva. Kenaikan secara bertahap setiap dua bulan sebesar 5,36% mulai Juli. Potensi penghematan subsidi dari kenaikan golongan ini sebesar Rp 0,1 triliun.

Golongan  Rumah Tangga (R1) dengan daya 2.200 VA yang kenaikan bertahap rata-rata 10,43% setiap dua bulan. kenaikan mulai 1 juli nanti perkiraan penghematan sebesar Rp 0,99 triliun.

Golongan pelanggan penerangan Jalan Umum (P3) dengan kenaikan bertahap sebesar 10,69% setiap dua bulan mulai Juli, potensi penghematan subsidi dari pelanggan ini sebesar Rp 0,43 triliun.

Golongan pelanggan Rumah Tangga (R1) dengan daya 1.300 VA yang kenaikan bertahap 11,36% setiap dua bulan mulai 1 juli. Dengan potensi  penghematan subsidi dari pelanggan ini sebesar Rp 1,84 triliun. (Pew/Nrm)