Sukses

Penetapan BI Rate Tahan Pelemahan Rupiah Lebih Dalam

Pagi ini nilai tukar rupiah dibuka di level Rp 11.776,30 per dolar AS, menguat tipis dibanding penutupan kemarin.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terus mengalami tekanan sepanjang minggu ini. Langkah Bank Indonesia (BI) yang menahan suku bunga acuan seharusnya tak membuat nilai tukar terus melemah.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia hari ini tercatat Rp 11.781 per dolar AS, menguat dibanding sehari sebelumnya yang tercatat Rp 11.813 per dolar AS.

Sedangkan data valuta asing Bloomberg menunjukkan pagi ini nilai tukar rupiah dibuka di level Rp 11.776,30 per dolar AS, menguat tipis dibanding penutupan kemarin yang berada di level Rp 11.789,50 per dolar AS. Namun pada pukul 11.00 WIB, nilai tukar rupiah kembali melemah di level Rp 11.790 per dolar AS.

Faktor Fundamental

Vice President Chief Economist PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), Ryan Kiryanto menjelaskan, langkah BI menahan suku bunga acuan di level 7,5% seharusnya memberikan dampak positif kepada nilai tukar rupiah.

"Imbah hasil investasi di Indonesia masih cukup menarik jika dibanding dengan di negara maju atau negara berkembang lain," tuturnya kepada Liputan6.com, Jumat (13/6/2014).

Ada dua hal yang bisa didapat oleh investor. Pertama adalah keuntungan dari bunga yang diberikan karena mencapai 7,5 persen. "Di Eropa saja malah diturunkan menjadi negatif," jelasnya. Sedangkan keuntungan yang kedua adalah imbal hasil yang didapat investor dari nilai tukar.

Dengan suku bunga acuan yang tinggi ini, seharusnya investor melihat Indonesia menjadi tempat yang nyaman untuk melakukan investasi.

Kemarin, Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50 persen, dengan suku bunga Lending Facility dan suku bunga Deposit Facility masing-masing tetap pada level 7,50 persen dan 5,75 persen.

Kebijakan tersebut masih konsisten dengan upaya untuk mengarahkan inflasi menuju ke sasaran yang berada di kisaran 4,5 persen pada 2014 dan kisaran 4 persen pada 2015.

Selain itu, langkah menahan suku bunga acuan tersebut diharapkan bisa menurunkan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat.

Faktor Teknikal

Namun, situasi dan kondisi politik dalam negeri menjadi penghalang nilai tukar rupiah untuk menguat. "Sampai saat ini belum ada kejelasan politik bagi investor," tambah Ryan.

Menurut Ryan, karena belum ada kejelasan tersebut banyak investor yang menahan investasinya ke Indonesia.

"Hanya satu yang dibutuhkan oleh mereka, kepastian," jelasnya. Siapapun yang memimpin bukan menjadi sebuah sentimen tetapi kapan kepastian itu bisa didapat yang membentuk sentimen.

Ia melanjutkan, pergerakan nilai tukar rupiah saat ini sebenarnya cukup anomali. Terlihat, saat ini investor asing cukup serius masuk ke pasar saham sehingga membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hampir menyentuh level 5.000.

Hal tersebut memperlihatkan bahwa terjadi aliran dana masuk ke Indonesia. tetapi aliran dana masuk tersebut ternyata tak terlalu membuat nilai tukar menguat.

Ryan membeberkan, jika situasi politik atau pemilihan presiden ini telah selesai atau pada kuartal III nanti kemungkinan besar rupiah akan berada di level Rp 11.600 per dolar AS.

"Namun saat ini masih akan terus berada di kisaran Rp 11.700 per dolar AS hingga di Rp 11.800 per dolar AS" katanya.

Untuk hari ini, rupiah akan berada di kisaran Rp 11.750 per dolar AS. (Gdn)

Video Terkini