Liputan6.com, Jakarta - Kebangkrutan PT Mandala Airlines yang mengusung brand Tigerair Mandala ternyata tak seperti nasib maskapai penebangan lain yang tumbang terlebih dahulu yaitu PT Merpati Nusantara Airline (Persero).
Perbedaan tersebut terletak pada utang bahan bakar avtur yang dimiliki kedua maskapai. Terhitung sejak 15 Januari 2014, PT Pertamina (Persero) hanya melayani pembelian avtur dari Merpati apabila transaksi dibayar secara tunai. Hal tersebut disebabkan oleh utang pembayaran avtur Merpati kepada Pertamina yang terus meningkat dan kini telah mencapai sekitar Rp 165 miliar.
Â
Sedangkan Tiger Air Mandala yang akan menghentikan kegiatan operasional terhitung 1 Juli 2014. Hal itu dilakukan seiring dengan tingginya biaya operasi yang mengakibatkan maskapai terus merugi.
Manajer Pemasaran Aviasi Pertamina Eldi Hendri mengungkapkan, pembayaran avtur Tigerair Mandala ke Pertamina masih lancar sampai maskapai milik Saratoga Group tersebut mengumumkan berhenti mengudara.
"Sampai saat ini, Tigerair Mandala tidak ada masalah untuk pembayaran bahan bakar mereka," kata Eldi Kepada Liputan6.com, Jumat (20/6/2014).
PT Mandala Airlines telah secara resmi berhenti beroperasi mulai 1 Juli 2014. Keputusan itu diambil dewan Mandala dengan mempertimbangkan sejumlah faktor mulai dari kondisi pasar dan biaya operasional meningkat akibat depresiasi rupiah yang cukup tajam.
"Kami telah berusaha mencari berbagai solusi untuk tetap beroperasi, termasuk berdiskusi dengan calon mitra strategis dan penanam modal. Kelebihan kapasitas maskapai dibandingkan dengan jumlah penumpang, melemahnya nilai tukar rupiah yang mencapai dua puluh persen sejak awal 2013 membuat meningkatnya biaya operasional Mandala secara signifikan", kata Ketua Dewan Komisaris Mandala Jusman Syafii Djamal. (Pew/Ndw)