Liputan6.com, New York - Jengah sekadar menjadi agen promosi pakaian, Ralph Lauren berusaha keras mengubah garis kehidupannya menjadi jauh lebih baik. Lauren merasa muak terus menjadi pegawai orang lain dan memutuskan untuk membuat pakaian sendiri.
Ke depan, ide yang dicetuskannya sukses berat hingga mengantarkannya menjadi salah satu orang terkaya di panggung bisnis fashion dunia. Tanpa pengalaman merancang busana, berbekal tekad yang kuat, Lauren mengajukan model dasi dan pakaian yang akan menjadi produk bisnisnya.
Ralph Lauren Corporation atau yang lebih dikenal dengan labelnya, Polo akhirnya berdiri pada 1967. Tak butuh waktu lama, gagasan yang pernah ditolak mentah-mentah mantan bos Lauren itu kini malah menjadi salah satu kerajaan fashion dunia.
Advertisement
Berawal dari gagasan seorang penjaga toko, Ralph Lauren Coorperation terus menyebarkan cabangnya di berbagai negara. Berikut ulasan mengenai bisnis fashion raksasa yang dibangun Ralph Lauren seperti dikutip dari The Biography, Funding Universe, dan Vogue.com, Jumat (20/6/2014):
Ide bisnis Ditolak Mentah-mentah
Ralph Lauren awalnya hanya bekerja sebagai penjaga toko pakaian pria Allied Stores. Beberapa tahun kemudian, dia menjadi agen penjualan di Bloomingdale's, Brooks Brothers dan Rivetz of Boston.
Merasa muak dengan pekerjaannya sebagai agen penjualan pakaian, Lauren berpikir keras untuk berhenti menjadi pegawai orang lain. Dia lantas memutuskan untuk merancang dan menjual pakaian hasil kerjanya sendiri.
Berbekal sejumlah model rancangan dasi, Lauren memberanikan diri mengajukan sebuah proposan bisnis pada bosnya, Abe Rivetz. Bukannya mendapat dukungan, Lauren malah disindir pedas saat Rivetz mengatakan, dunia tak akan mau menerima gagasannya.
Advertisement
Usaha Mulai Berdiri Tanpa Pengalaman
Melihat besarnya merek Polo, sebagian besar orang akan menggeleng tak percaya jika Ralph Lauren Coorperation berdiri dari tangan seseorang yang tak punya pengalaman berbisnis. Bahkan Lauren sama sekali tidak pernah belajar merancang pakaian.
Tapi akhirnya, Lauren berhasil meyakinkan Beau Brummel untuk memproduksi dasi bermerek Polo pertamanya. Kala itu Lauren bahkan tidak tahu jenis kain, ukuran pakaian dan segalanya.
Untungnya, kualitas pakaian yang dihasilkan dari tangannya disukai banyak pelanggan papan atas. Pada 1967, Polo Fashion Inc (kemudian berganti nama menjadi Ralph Lauren Corporation-red) berdiri pada 1967 dengan modal US$ 50 ribu.
Nyaris Bangkrut
Perusahaan yang awalnya hanya fokus pada dasi saja, lantas mengembangkan produknya ke dalam jenis pakaian pria. Dalam tiga tahun perusahaan tersebut mulai mencuri perhatian masyarakat hingga sang pencipta berhasil mendapatkan penghargaan Coty Award untuk kategori pakaian pria.
Pada 1971, rancangan pakaian pria dan wanita yang dikeluarkannya berhasil mencetak penjualan hingga US$ 10 juta. Pertumbuhan Polo Fashion Inc yang sangat pesat membuktikan identitas di dunia bisnis.
Perusahaan sempat nyaris bangkrut karena sering telat mengirimkan pakaian dan mengalami masalah distribusi. Dia lantas menginvestasikan dana pribadi senilai US$ 100 ribu untuk membangkitkan kembali bisnisnya.
Dalam empat tahun pertamanya itu, Lauren berhasil mengendalikan panggung bisnis fashion di negaranya. Sepatu, akesoris, perlatan berkuda, hingga pakaian lainnya menjadi produk yang sangat diminati.
Advertisement
Jadi Salah Satu Kerajaan Fashion Dunia
Sejak 1990-an hingga 2000-an, perusahaan tersebut terus mengalami jatuh bangun. Meski dilanda banyak konflik hingga sempat memecat ribuan karyawan dan menutup sembilan cabangnya, Ralph Lauren Coorperation tetap menjadi ikon fashion dunia.
Berkat kesuksesan perusahaan tersebut, Lauren mencetak total kekayaan hingga US$ 6 miliar pada 2012. Perusahaan juga menjadi produsen berbagai ajang olahraga dunia. (Sis/Nrm)
Â