Sukses

CT: Kawasan Industri Sei Mangkei Ibarat Gadis Cantik

Menko Perekonomian Chairul Tanjung berharap, kawasan ekonomi khusus Sei Mangkei dapat menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru di Sumut.

Liputan6.com, Jakarta - Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara (Sumut) terus mengalami kemajuan pesat. Beberapa industri hilirisasi terbangun di kawasan yang diresmikan pada tiga sampai empat tahun lalu itu.

Pantauan Liputan6.com, Jumat (20/6/2014), dari Kota Medan, perjalanan menuju KEK Sei Mangkei membutuhkan waktu sekitar empat jam. Jalan yang dilalui pun cukup panjang dan melelahkan karena kondisi jalan yang tak mulus. Namun sepanjang perjalanan, kita akan disuguhi deretan kebun kelapa sawit.

KEK Sei Mangkei berada di areal tanah milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III seluas 160 ribu hektare (ha). Sedangkan untuk Sei Mangkei khususnya memakan lahan sekitar 2002,7 ha. Sementara Badan Pertanahan Nasional (BPN) telah menyelesaikan proses alih status lahan dari Hak Guna Bangunan ke Hak Pengelolaan Lahan.

Kerja sama antar instansi ini melibatkan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Chairul Tanjung atau CT yang ikut menandatangani realisasi tersebut. Area KEK Sei Mangkei terlihat masih sepi dari kegiatan investor. Hanya nampak asap mengepul ke atas langit yang menandakan ada aktivitas pengolahan kelapa sawit.

CT bersama Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, Gubernur Sumatera Utara Gatot Pujo Nugroho, Dirjen Perekeretaapian Kementerian Perhubungan Hermanto Dwiatmoko, dan pejabat lainnya.

"Di sini ada kantor pengelola kawasan, lalu kantor pusat inovasi kelapa sawit sebagai aset bangunan yang dibangun Kemenperin. Dan ini sedang dimanfaatkan pelatihan dari Unilever serta dioperasikan oleh pusat penelitian kelapa sawit," jelas Direktur Pemasaran, Perencanaan dan Pengembangan PTPN III, Nur Hidayat di Medan.

PTPN III, kata dia, juga melakukan pengadaan lahan seluas 1.400 ha untuk pembangunan pemukiman di sekitar Sei Mangkei. Sehingga total area di KEK ini seluas 4.000 ribu ha.

Adapula pabrik pengolahan inti sawit dengan produksi ribuan ton per bulan. Pabrik Kernel Oil (PKO) untuk mengolah bahan baku industri PT Unilever Oleochemical Indonesia (UOI), sementara pabrik kelapa sawitnya menghasilkan 75 ton minyak kelapa sawit mentah per jam.

"Dari luas areal untuk industri 2002 ha, seluas 18 ha-nya digunakan Unilever dan mereka pun sudah menambah lahan inden 9 ha. Ada beberapa pabrik pengolahan kelapa sawit, di mana 80 persen digunakan untuk pabrik Unilever, 15-20 persen untuk Indonesia dan sisanya ekspor. Nilai tambahnya bisa lima kali lipat," papar Nur Hidayat.

Unilever, tambah dia, telah merogoh investasi sekitar Rp 1,45 triliun, bahkan nilainya sudah mencapai Rp 2 triliun karena penguatan dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah. "Sedangkan penyerapan tenaga kerjanya sudah 360-400 orang yang secara langsung dipekerjakan," ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Menko Perekonomian CT menambahkan, anak usaha PTPN III ditunjuk sebagai pengelola KEK Sei Mangkei karena hampir seluruh proses masalah pertanahan telah selesai.

"KEK Sei Mangkei ibarat gadis cantik. Kalau dipoles dengan pembangunan infrastruktur dan kemudahan perizinan, maka banyak (investor) yang akan ngelamar," ucap dia.

CT menyebut, beberapa proyek infrastruktur sudah dikembangkan pihak pengelola. Sebagai contoh, pembangunan jalur kereta api yang bergerak dari Sei Mangkei menuju Belawan. Ke depan, jalur sampai ke Pelabuhan Kuala Tanjung.

"Kementerian Pekerjaan Umum juga menyampaikan perbaikan dan pelebaran jalan masuk ke Sei Mangkei. Saat ini masih dalam tahapan pengkajian dan proses pengerjaan," tambahnya.

KEK Sei Mangkei, diharapkan CT, dapat menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru di Sumut selain Pelabuhan Kuala Tanjung dan Bandara Kualanamu. Sehingga mampu mendongkrak perekonomian Indonesia, terutama Simalungun dan ujung-ujungnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (Fik/Ahm)

Video Terkini