Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Chairul Tanjung berharap perang yang terjadi di Timur Tengah tidak berlangsung lama agar kurs rupiah kembali menguat.
Maklum, pelemahan rupiah salah satunya dipicu lonjakan harga minyak impor yang terjadi akibat konflik di Timteng.
"Kita harap tidak berlarut-larut dan tidak akan menjadi perang yang besar, jadi kita berharap harga minyak bisa menjadi kembali ke harga yang semula," kata Chairul, usai melakukan rapat koordinasi, di Kantor Pelindo II, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (26/6/2014).
Sedangkan usaha dari dalam negeri agar rupiah kembali menguat, menurut Chairul salah satunya menerapkan transaksi dengan menggunakan kurs rupiah.
"Ya itu tadi salah satu kebijakan, DGS BI sangat berharap supaya bisa bukan cuma pelabuhan menggunakan denominasi, tapi semua sektor kalau bisa dilakukan itu akan sangat membantu stabilitasi rupiah," tuturnya.
Chairul menambahkan, untuk perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sekarang sudah disetujui menggunakan hedging system untuk meminimalisir penggunaan dolar.
"Dengan hedging itu tidak perlu ada pembelian lonjakan seperti itu. Dengan begitu sudah bisa terjadi plan. Karena kita tahu Pertamina 150 juta membeli dengan dolar per hari. Dengan sistem hedging itu bisa juga menjadi lebh baik," pungkas dia. (Pew/Nrm)