Sukses

Bebas Penyakit, Udang RI Bisa Jadi Produk Ekspor Andalan

Udang asal Indonesia itu telah diakui berkualitas baik dan bebas penyakit Early Mortality Syndrom (EMS).

Liputan6.com, Bima - Indonesia memiliki keanekaragaman produk laut serta produk air tawar yang masih harus dioptimalkan. Salah satunya keunggulan produk laut Indonesia yaitu komoditas udang.

Menurut  Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Slamet Soebjakto, udang asal Indonesia itu telah diakui berkualitas baik dan bebas penyakit Early Mortality Syndrom (EMS).

"Udang asal Indonesia bebas penyakit, terutama EMS. Sedangkan udang asal Vietnam, Thailand dan Malaysia terkena penyakit ini," ujarnya di Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu (28/6/2014).

Melihat hal ini, lanjut Slamet, Indonesia seharusnya bisa mengambil pangsa pasar dari ketiga negara tersebut. Terlebih lagi, kebutuhan udang secara global masih sangat tinggi.

"Indonesia bisa menjadi sasaran udang yang tinggi. Sebenarnya untuk kebutuhan dunia masih sendiri masih kurang 700 ribu ton, jadi ini peluang pasar yang besar," lanjutnya.

Dia menjelaskan, Ditjen Perikanan Budidaya terus meningkatkan target produk udang tiap tahunnya. Jika pada tahun sebelumnya target komoditas ini sebesar 600 ribu ton, maka pada tahun ini meningkat menjadi 699 ribu ton.

"Itu total dari udang vaname, udang windu dan lain-lain. Jadi peluang ini terus digenjot supaya tercapai," kata dia.

Menurut Slamet, dari seluruh produk hasil budidaya, udang menjadi komoditas terbesar yang berhasil menembus pasar ekspor. "Peranan budidaya pada ekspor besar. Dari sektor budidaya, nilai ekspor paling besar berasal dari udang," jelasnya.

Selain udang, rumput laut juga memiliki nilai produksi yang besar, namun sayangnya yang diekspor masih semacam bahan baku dan belum diolah secara maksimal menjadi produk yang bernilai tambah tinggi.

"Seperti patin juga sudah bisa produksi tetapi pengolahan masih segar belum ada pengolahan sehingga ke depan kami dorong sektor hilirnya untuk pengolahan sehingga nilai tambahnya makin besar. Tetapi upaya peningkatan budidaya juga kan tidak mudah. Tidak hanya sektor yang terkait perikanan tetapi juga soal infrastruktur, permodalan, input produksi dan lain-lain," tandas dia. (Dny/Ndw)