Liputan6.com, Jakarta - Meski dihadang sejumlah kendala, omzet industri kemasan dalam negeri diperkirakan akan tumbuh 8 persen atau mencapai Rp 30 triliun pada semester I 2014. Angka itu sekitar 48,38 persen dari target tahun ini Rp 62 triliun.
Hal itu merupakan sinyal positif mengingat pada kuartal I 2014, industri kemasan hanya tumbuh berkisar 5 persen.
"Pada kuartal II, biasanya baru bisa pertumbuhan positif kembali dan diperkirakan mencapai 10 persen," ujar Direktur Eksekutif Federasi Kemasan Indonesia (FPI) Hengky Wibawa di Jakarta, seperti ditulis Selasa (1/7/2014).
Dia menjelaskan, ada beberapa hal yang menjadi kendala bagi utama industri kemasan nasional pada tahun ini yaitu fluktuasi rupiah yang membuat harga impor bahan baku kemasan melambung dan adanya kenaikan listrik industri. Namun dia meyakini kenaikan listrik ini tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap kenaikan biaya produksi kemasan.
"Kenaikan listrik ini tidak terlalu berpengaruh terhadap industri pengemasan, meski memang ada peningkatan biaya. Efek yang paling besar adalah fluktuasi rupiah terutama terhadap bahan baku yang masih impor. Apalagi tiga bulan terakhir rupiah melemah, terasa sekali efeknya," lanjutnya.
Tantangan lain yang dialami industri kemasan pada saat ini yaitu masa pemilu, puasa dan lebaran yang biasanya akan sedikit mengalami penurunan permintaan. Namun jika nilai rupiah terhadap dolar AS tetap stabil target tersebut diyakini tetap akan tercapai.
"Tapi kami tetap optimistis industri kemasan bisa mencapai omzet hingga Rp 62 triliun tahun ini," tandas dia. (Dny/Ndw)
Advertisement