Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah menyatakan pemberian insentif kepada para pengembang mobil ramah lingkungan atau hybrid car tidak tepat sasaran. Alasannya, meskipun mendapat insentif, harga hybrid car masih tetap tidak terjangkau.
Direktur Pengembangan Transportasi Darat Kementerian Perindustrian, Soerjono menyatakan, harga hybrid car yang sudah diberi insentif masih terbilang tinggi yaitu sekitar Rp 400 sampai Rp 500 juta. Dengan kisaran tersebut, sudah dipastikan masyarakat umum tak akan mampu membelinya.
Soerjono menambahkan, pemerintah harus mempertimbangkan dengan matang untuk memberikan insentif hybrid car tersebut. Karena, bisa jadi jika memaksa memberikan insentif maka justru tidak tepat sasaran.
"Kasih insentif harus diberikan tepat sasaran, saya cenderung kasih insentif harus berguna masyarakat banyak, kalau hybrid car dikasih insentif lalu jatuhnya tetap Rp 500 sampai Rp 400 juta apakah ada masyarakat yang beli?" paparnya dalam Forum Diskusi Angkutan Lingkungan dan Hemat Energi di kantor Balitbang Kementerian Perhubungan, Jakarta, Rabu (2/7/2014).
Soerjono melanjutkan, salah satu hal yang membuat hybrid car mahal karena saat ini teknologi yang digunakan belum banyak digunakan sehingga membuat ongkos produksi menjadi mahal. "Hybrid car ada dua power, nggak akan bisa murah. Teknologi masih dianggap dalam cost-nya," ungkapnya.
Agar insentif untuk hybrid car tepat sasaran. Menurutnya, pendapatan perkapita masyarakat Indonesia harus naik sehingga dapat menjangkau harga hybrid car tersebut.
"Saya berharap dari tahun ke tahun income perkapita naik, kalau naik artinya kelas menengah jumlahnya banyak sehingga jika diberi insentif bisa tepat sasaran," pungkasnya. (Pew/Gdn)
Pemberian Insentif untuk Mobil Hybrid Tidak Tepat Sasaran
Harga hybrid car yang sudah diberi insentif masih terbilang tinggi yaitu sekitar Rp 400 sampai Rp 500 juta.
Advertisement