Liputan6.com, Rio De Janeiro - Demi mempersiapkan perhelatan Piala Dunia 2014, sebagai tuan rumah pemerintah Brasil mengungkapkan telah menggulirkan dana investasi hingga miliaran dolar. Investasi tersebut dibenamkan sebagai biaya pembangunan infrastruktur, keamanan dan berbagai perangkat sosial lainnya.
Mengutip laman Voice of America, Jumat (4/7/2014), pemerintah mengaku investasi tersebut memberikan manfaat positif dalam jangka panjang bagi seluruh masyarakat Brasil. Kendati begitu, ajang tersebut mengundang persepsi yang berbeda dari para analis mengenai pengaruhnya terhadap perekonomian Brasil.
Pemerintah mengaku telah mengeluarkan dana hingga US$ 11 miliar untuk membangun infrastruktur dan stadion serta US$ 2 miliar untuk fasilitas keamanan selama Piala Dunia berlangsung.
Advertisement
Sejauh ini, Kepala Dewan Pariwisata Brasil Vicente Neto mengungkapkan, Piala Dunia 2014 telah berhasil menyumbang sekitar US$ 15 miliar untuk perekonomian nasional dan menciptakan banyak lowongan pekerjaan.
Pembangunan infrastruktur memang membuka lapangan kerja bagi masyarakat miskin di Brasil. Namun sayangnya, pembangunan tersebut juga meningkatkan harga sewa perumahan dan menimbulkan kenaikan biaya untuk layanan publik.
Kontroversi lainnya adalah program untuk daerah kumuh yang terletak didataran tinggi atau biasa disebut dengan favelas. Polisi khusus atau UPP(Police Pacification Units), dikerahkan untuk mengusir pedagang, para pelaku kejahatan khususnya para pengedar obat bius di kawasan lainnya.
Peneliti dari Fluminense Federal University, Profesor Chris Gaffney mengatakan, program pembersihan tersebut menimbulkan dua dampak besar.
"Kami melihat terdapat penurunan angka kematian akibat perang senjata saat polisi tak lagi menembaki kawasan kumuh tersebut dengan membagi buta. Namun tingkat kejahatan juga meningkat seperti perampokan," tuturnya.
Sementara itu, Dosen Sports Management dari George Washington University, Profesor Lisa Delpy Neirotti menyoroti dampak positif lain dari ajang bola akbar tersebut.
Di bawah tekanan FIFA, pemerintah Brasil menerapkan sistem daur ulang sampah di stadion. "Tantangan terbesar adalah apakah program tersebut akan terus berlanjut setelah ajang piala dunia berakhir?" tanya Neirotti.
Dari sejumlah paparan di atas, apakah dana besar yang digelontorkan Brasil sepadan dengan perbaikan dan pembenahan perekonomian di sana?
Kritik tersebut menjadi catatan bagi negara-negara di Eropa yang menolak untuk menyelenggarakan ajang piala dunia. Mengingat dampaknya yang cukup besar di bidang sosio-ekonomi masyarakat, model penyelenggaraan piala dunia perlu dikaji ulang demi menghindari protes publik seperti yang telah terjadi di Brasil. (Sis/Ahm)