Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Chatib Basri menyatakan mendapat berondongan pertanyaan soal pemilihan Presiden (pilpres) yang akan digelar pada 9 Juli mendatang. Namun kekhawatiran itu tak menyurutkan niat investor memborong surat utang (bond) berdenominasi Euro dari Indonesia.
"Saya ketemu dengan semua investor di Eropa, mereka semua nggak ada yang konsen ke makro ekonomi kita. Makanya bisa kelebihan permintaan (oversubscribed) sampai tujuh kali atau 6,7 miliar Euro. Saya nggak pernah lihat bond sampai segitu permintaannya. Karena terakhir kali terbitkan bond di Januari, cuma oversubscribed 4 kali," tutur Chatib di Jakarta, Kamis (3/7/2014).
Kata dia, investor meminta agar pemerintah meningkatkan jumlah surat utang dalam bentuk Euro dari Indonesia. Namun pemerintah menolak. "Mereka malah tanya mengapa nggak di up-size. Lalu saya jawab, kita nggak perlu kok. Ini kan cuma buat diversifikasi dan biayanya lebih murah kalau dalam Euro," ujar Chatib.
Lebih jauh Chatib bilang, kekhawatiran investor lebih kepada stabilitas politik di Tanah Air mengingat Indonesia akan menggelar pesta demokrasi lima tahunan. Investor penasaran terhadap pemimpin Indonesia periode lima tahun mendatang.
"Mereka tanya siapa yang akan menang, tapi saya nggak tahu. Mereka bilang kalau selisihnya (hasil pemilu) dekat, itu aman nggak. Saya meyakinkan mereka karena Indonesia mengadakan pemilu nggak cuma sekali ini, tapi sudah beberapa kali dan selalu aman," tukasnya.
Pemerinta Indonesia kemarin melepas surat utang berdenominasi Euro (Euro Bond) sebesar 1 miliar Euro atau sekitar Rp 16,29 triliun untuk kali pertama. Surat utang ini ditawarkan seiring pemerintah memanfaatkan biaya pinjaman lebih rendah di Eropa. (Fik/Ahm)
Menkeu Kaget Surat Utang RI Kelebihan Permintaan 7 Kali
Menteri Keuangan, Chatib Basri mengungkapkan, investor asing penasaran dengan hasil pemilihan umum Indonesia ketimbang makro ekonomi.
Advertisement