Liputan6.com, Jakarta - Sudah jatuh tertimpa tangga. Mungkin peribahasa tersebut pantas disandang oleh pedagang daging sapi di pasar tradisional. Pasalnya pendapatan mereka saat ini mengalami penurunan karena dua hal. Pertama karena tingginya harga daging sapi dan kedua adanya isu yang merebak bahwa banyak daging celeng beredar di pasar tradisional.
Salah seorang pedagang daging sapi di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Kuswanto (30) menjelaskan, isu yang berhembus tersebut sangat tidak masuk akal. Alasannya, saat ini dinas yang terkait rutin melakukan inspeksi mendadak (sidak).
"Kalau ke pedagang resmi pasti tidak bakal masuk. Ada kontrol dari Dinas Peternakan, selalu ada sidak," kata dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, Jumat (4/7/2014).
Kuswanto melanjutkan, selain ada isu tersebut, dagangannya juga sepi pengunjung karena tingginya harga daging sapi. Menurutnya, untuk daging has dalam atau sering disebut dengan tenderloin harganya mencapai Rp 130 ribu per kilogram (kg). Padahal sebelumnya di kisaran Rp 120 ribu per kg.
Untuk paha belakang dijual dengan harga kisaran Rp 98 ribu sampai Rp 100 ribu per kg dan daging sop sekitar Rp 85 ribu per kg.
"Hati masih Rp 60 ribu per kg, babat campur usus Rp 25 ribu. Kalau babat aja Rp 30 ribu per kg," imbuh dia.
Di tempat yang sama, Hadi (48) menuturkan daging sapi has dalam dijual dengan harga Rp 110 ribu per kg. Daging paha dijual pada kisaran Rp 95 ribu per kg dan daging sop Rp 85 ribu per kg.
Isu Daging Celeng Bikin Resah Pedagang Daging Sapi
Selain isu daging celeng, penjualan daging sapi cenderung sepi karena tingginya harga daging sapi.
Advertisement