Sukses

Ini Hasil Rakor Bos BI dan Pemerintah Selama 3 Jam

Pemerintah dan Bank Indonesia berkoordinasi untuk menjaga moneter, fiskal dan sektor riil.

Liputan6.com, Jakarta - Rapat Koordinasi (Rakor) yang digelar selama tiga jam antara Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo dan pemerintah menghasilkan beberapa kesimpulan terkait inflasi, defisit transaksi berjalan, dan utang luar negeri.

Dalam rapat ini, hadir sejumlah menteri yakni Menteri Keuangan Chatib Basri, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Chairul Tanjung, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, Menteri Perhubungan EE Mangindaan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik, Menteri Perindustrian serta Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Mahendra Siregar.

Agus Martowardojo mengungkapkan, pihaknya bersama pemerintah telah melakukan pertemuan meja bundar demi pembangunan ekonomi Indonesia. BI dan pemerintah sepakat untuk memelihara stabilitas ekonomi Indonesia.

"Perkembangan ekonomi kita menuju ke level sehat, dan kita akan melakukan langkah-langkah pengendalikan inflasi seperti yang ditargetkan pada tahun ini 4,5 persen plus minus 1 persen. Dan target inflasi di 2018 sebesar 3,5 persen plus minus 1 persen," ungkap dia dusai Rakor di kantornya, Jakarta, Jumat (4/7/2014).

Agus menjelaskan, pemerintah dan BI juga berupaya menjaga defisit transaksi berjalan ke tingkat yang berkesinambungan. "Termasuk pembahasan utang luar negeri Indonesia yang terus dijaga dalam jumlah yang sehat dan produktif," ucapnya.

Dalam kesempatan yang sama, CT menambahkan, pemerintah dan BI perlu berkoordinasi agar moneter, fiskal dan sektor riil dapat berjalan seiring dengan seimbang dan ke arah yang lebih jelas.

"Ini bisa menjadi alat bagi Indonesia untuk menjadi negara maju dengan cepat dan mensejahterakan negara ini. Jadi pertemuan ini sangat baik, dan setelah Lebaran kami akan ketemu lagi membahas hal-hal yang lebih teknis serta bisa dioperasionalkan," ujar CT.

Sementara Chatib Basri mengaku, pihaknya akan menjaga postur APBN tetap sehat meski terjadi tekanan pada anggaran subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM).

"Pressure subsidi BBM harus disikapi hati-hati ke depan supaya defisit bisa terjaga. Di akhir semester I, kami targetkan defisit anggaran bisa 0,66 persen dari PDB. Defisit transaksi berjalan di kuartal III dan IV bisa lebih rendah. Begitu pula dengan inflasi 1,99 persen year to date yang terendah di tiga tahun terakhir ini," tutur Chatib.

Paling penting, kata Chatib, pemerintah akan memperoleh pendapatan negara tambahan dari gas karena Menteri ESDM sudah berhasil menaikkan harga gas Fujian. "Jadi ada tambahan pendapatan dari gas sampai 2034 senilai Rp 250 triliun," pungkasnya. (Fik/Ahm)