Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu), Chatib Basri bungkam ketika ditanya mengenai kemungkinan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi tahun ini lantaran realisasi inflasi yang masih rendah di semester I 2014.
Pemerintah mencatat, realisasi inflasi pada Januari-Juni 2014 sebesar 1,99 persen dan ditargetkan berada di kisaran 4,5 persen hingga 5,5 persen. Realisasi inflasi tersebut, dikatakan Chatib terendah sejak tiga tahun lalu. Apakah hal ini memungkinkan adanya kebijakan menyesuaikan harga BBM di 2014?
"Bukan begitu (naikkan harga BBM)," ucap dia tanpa memberikan alasan lebih lanjut saat ditemui di Gedung BI, Jakarta, Jumat (4/7/2014).
Di sisi lain, Chatib bilang, pemerintah berupaya menjaga volume BBM bersubsidi sesuai patokan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2014 sebanyak 46 juta kiloliter. Proyeksi ini tak bisa lagi diubah, meskipun Pertamina justru memperkirakan kuota BBM subsidi tahun ini dapat jebol ke angka 47 juta kl.
"Kami kunci di 46 juta kl, jadi impor minyak pasti nggak boleh lebih. Nggak bisa lagi diubah. Kalau 47 juta kl, berarti nggak ada BBM-nya, jadi sampai akhir tahun ini harus 46 juta kl," kata dia.
Hal ini untuk menjaga defisit transaksi berjalan yang sudah diperkirakan akan menurun menjadi sekitar dua persen terhadap PDB di akhir tahun 2014 atau senilai US$ 2,7 miliar. (Fik/Gdn)
Inflasi Semester I Rendah, Mungkinkah Subsidi BBM Naik?
Pemerintah berupaya menjaga volume BBM bersubsidi sesuai patokan dalam APBN-P 2014 sebanyak 46 juta kiloliter.
Advertisement