Liputan6.com, Pontianak - Sebanyak 20 ribu ton gula pasir beredar di Kalimantan Barat. Pasokan gula ini diimpor Perum Bulog.
Kepala Perum Bulog Divisi Regional Kalimantan Barat, Karyawan Gunarso, mengaku total gula yang diimpor dari Thailand mencapai 328 ribu ton.
Sebanyak 20 ribu ton merupakan tahap awal, di mana ditujukan untuk menjaga kestabilan stok gula. Hal ini sesuai dengan tugas Bulog menjaga stok gula.
"Kekurangannya diharapkan dapat dipenuhi dalam negeri," jelas dia di Pontianak pada sejumlah media, Senin (7/7/2014).
Dia menuturkan, kebutuhan gula nasional mencapai 250 ribu ton per bulan. Di mana, kebutuhan Kalbar sendiri mencapai 5.000 ton per bulan.
Advertisement
Gula yang diimpor dipasok ke gudang di Jakarta, Medan dan Manado. "Kami bertugas menjaga stok di daerah. Kami sudah koordinasi dengan Disperindagkop Provinsi Kalbar. Sudah banyak yang beli masyarakat, selain CV Agro,” jelasnya.
Baru- baru ini, sebanyak 22 kontainer gula pasir masuk ke daerah Kalimantan Barat. “Totalnya 400 ton, sekarang 4 kontainer dalam perjalanan. Dalam satu kontainer berisi 23 ton. Kuota tidak ada batasan, sepanjang penyedian masih kurang,” ujarnya.
Ia menegaskan, Bulog impor sebagai pelaksana dari kebijakan pemerintah. Ia yakin pemerintah sudah mempertimbangkan jumlah produksi dan kebutuhan nasional.
"Tidak mungkin kalau pemerintah tidak memperhitungkan stok dalam negeri, atas itulah pemerintah menugaskan Bulog. Saya yakin izin impor sudah berdasarkan kecukupan kebutuhan dalam negeri. Penyediaan dan stabilisasi harga itu saja tugas Bulog,” kata dia.
Sebelumnya, Koordinator Tim Investigasi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Pontianak, Harry Daya di Pontianak Kamis (3/7/2014) kepada sejumlah media, meminta pemerintah pusat jangan semena-mena membuka kran impor gula, saat stok gula dalam negeri berlebihan.
Menurut Harry, lembaga hukum seperti polisi, kejaksaan, dan KPK harus masuk ke ranah ini, sebab sudah sangat merugikan negara.
Masuknya ribuan ton gula impor asal Thailand ke Kalimantan Barat baru- baru ini yang diprakarsai Bulog dan perusahaan Agro Abadi, menunjukan pemerintah tidak perpihak kepada petani dan pabrik dalam negeri.
"Sudah sangat keterlaluan. Tahun 2009 Agro Abadi dan Bulog pernah tertangkap basah di gudang Agro Abadi terdapat ribuan karung beras Bolog yang dicuci kemudian dimasukan ke karung bermerk tapi kasusnya tidak tuntas," kata dia.
Kata dia, di saat Kalimantan Barat sedang berjuang memberantas gula ilegal dari perbatasan Malaysia agar ketahanan pangan bangsa ini jangan sampai hancur.
"Kok Bulog bersama Agro Abadi justru memasarkan gula impor asal Thailand dalam jumlah besar ke Kalbar. Harusnya Bulog mengambil gula produk dalam negeri, bukan impor. Bulog harus diperiksa, sebab impor itu diperbolehkan jika provinsi atau daerah dalam keadaan krisis gula atau harga gula meroket tinggi, dan tidak boleh penunjuk satu perusahaan, agar harga bisa terkendali," kata dia. (Raden AMP/Nrm)